Havana –
Turis-turis yang liburan ke Kuba dibuat menderita. Seharusnya senang-senang, liburan mereka justru terhambat karena listrik padam berulang kali dan dalam tempo yang lama.
Dilansir dari Global Nation pada Selasa (22/10/2024), Roberto Jimenez staycation di sebuah hotel di timur laut Kuba. Selama menginap beberapa hari, ia dan kelompoknya mengalami pemadaman listrik berulang-ulang.
“”Kami datang berlibur untuk bersenang-senang, untuk mengenal Kuba. Namun, keadaan buruk menimpa kami,” kata dia.
Bahkan, pada Minggu malam pemadaman listrik terjadi selama lebih dari 48 jam. Ia dan temannya berjalan-jalan di sekitar kota untuk menghilangkan kekecewaan, ditambah ponsel mati akibat kehabisan daya. Bukannya terhibur, mereka tambah kecewa.
“Kami bahkan tidak jadi keluar, hanya melihat keluar, semuanya sangat gelap,” ujar dia.
Pihak berwenang mengatakan pada Senin listrik telah dipulihkan untuk sekitar setengah dari dua juta penduduk Havana, setengah penduduk di bagian lain masih tanpa listrik.
Kuba telah mengalami krisis energi akut selama berbulan-bulan setelah runtuhnya pembangkit listrik terbesar yang melumpuhkan jaringan listrik.
“Saya tidak akan kembali ke Kuba,” kata Jimenez.
Ketika dia pulang, dia hanya akan membicarakan satu hal, “Kami menghabiskan seluruh liburan tanpa listrik.”
Cerita yang sama juga dialami oleh Amaya Garcia. Turis asal Spanyol itu tiba di Kuba pada hari Jumat dan berencana untuk menghabiskan tiga hari di Havana dan empat hari di Varadero, resor pantai utama di negara itu.
Begitu sampai di bandara internasional Havana, Garcia sudah disambut oleh kegelapan.
“Saat kami melewati pemeriksaan keamanan di bandara, listrik padam beberapa kali, jadi antreannya jadi lebih panjang,” kata dia.
Tidak seperti destinasi Karibia lainnya, sektor pariwisata Kuba belum pulih dari dampak pandemi virus Corona atau pengetatan sanksi AS di bawah mantan presiden Donald Trump.
“Kami tidak punya ekspektasi tinggi. Kami sudah tahu bahwa negara itu tidak berjalan dengan baik, tetapi pemadaman listrik itu berat,” kata Garcia.
Kuba, yang menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam tiga dekade, menerima 2,4 juta wisatawan pada tahun 2023, jauh dari yang diharapkan yaitu 3,5 juta serta rekor 4,7 juta kedatangan pada tahun 2018 setelah pemulihan hubungan bersejarah dengan Amerika Serikat.
Peluang untuk mencapai target 3,2 juta pengunjung tahun ini tampaknya mulai sirna.
Konstantin Makarov, seorang warga Belarusia yang telah mengunjungi Kuba delapan kali, memanfaatkan liburannya sebaik-baiknya meskipun terjadi pemadaman listrik.
“Di Kuba, hidup berbeda, lebih lambat,” katanya saat mengunjungi tepi laut dengan tongkat pancingnya.
“Orang-orang tahu cara menikmati hidup,” dia menambahkan.
(bnl/fem)