Kategori: Travel

  • Bermain Mahjong di Sungai, Cara Unik Warga Chongqing Hadapi Gelombang Panas

    Bermain Mahjong di Sungai, Cara Unik Warga Chongqing Hadapi Gelombang Panas


    Foto Travel

    Tripa Ramadhan – detikTravel

    Minggu, 03 Agu 2025 16:30 WIB

    China – Diterpa suhu ekstrem hingga 43C, warga Chongqing punya cara unik melawan panas, bermain mahjong sambil merendam kaki di sungai. Nyaman sekaligus menyegarkan.



    Artikel aslinya

  • Rute Singapura-Labuan Bajo Tutup, Pelaku Wisata: Sangat Disayangkan

    Rute Singapura-Labuan Bajo Tutup, Pelaku Wisata: Sangat Disayangkan




    Manggarai Barat

    Tutupnya rute penerbangan Singapura-Labuan Bajo sangat disayangkan oleh para pelaku industri pariwisata di destinasi itu.

    Sebabnya, Singapura menjadi pintu masuk utama kunjungan wisatawan mancanegara ke Labuan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Penutupan penerbangan rute Singapura-Labuan Bajo setelah Jetstar Asia Airways menghentikan secara permanen seluruh layanan penerbangan rute tersebut pada 31 Juli 2025. Jetstar Asia satu-satunya maskapai yang melayani rute tersebut selama ini.


    “Kami sangat menyayangkan ini karena ini salah satu internasional hub kita dari Singapura,” kata Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTT, Oyan Kristian, Minggu (3/8/2025).

    Oyan menjelaskan penerbangan di Asia umumnya transisi di Singapura. Ini akan memudahkan wisatawan mancanegara terbang langsung ke Labuan Bajo dari Singapura.

    “Jadi Singapura ini sangat menjanjikan karena di Asia semua airlines pasti akan transit ke Singapura,” ujar Oyan.

    “Jadi, kami berharap semua airlines atau wisatawan dari seluruh dunia ketika mereka ke Singapura mereka akan memudahkan mereka ke Labuan Bajo melalui Singapura ini, tidak perlu lewat Jakarta atau Bali atau destinasi lain di Indonesia,” lanjut dia.

    Oyan berharap segera ada maskapai lain yang menggantikan Jetstar Asia melayani rute Singapura-Labuan Bajo. Sehingga kunjungan wisatawan mancanegara dari penerbangan rute Singapura-Labuan Bajo selama ini terus berlanjut.

    “Jadi, kami sangat menyayangkan keputusan yang dikeluarkan Jetstar Asia. Kami berharap rute ini segera diisi oleh airlines lain mengingat ini salah satu pintu masuk internasional menuju ke Labuan Bajo. Kami berharap airlines lain yang akan menggantikan ini bisa tetap mendatangkan membawa wisatawan internasional yang transit di Singapura menuju Labuan Bajo,” urai Oyan.

    Diberitakan sebelumnya, layanan penerbangan langsung pergi pulang (PP) rute Singapura-Labuan Bajo resmi ditutup pada 31 Juni 2025 setelah Jetstar Asia Airways menghentikan secara permanen seluruh layanan penerbangan rute tersebut.

    Rute tersebut tercatat hanya beroperasi selama empat bulan lebih. Maskapai yang melayani penerbangan Singapura-Labuan Bajo itu mendarat pertama kali di Bandara Internasional Komodo pada 20 Maret 2025. Selama ini Jetstar Asia Airways melayani dua kali penerbangan dalam sepekan, Kamis dan Minggu.

    “Penerbangan Jetstar sesuai pemberitahuannya bahwa kemarin tanggal 31 Juli adalah penerbangan terakhir rute Singapura – Labuan Bajo,” kata Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo Ceppy Triono, Jumat (1/8/2025).

    ——–

    Artikel ini telah naik di detikBali.

    (wsw/wsw)



    Artikel aslinya

  • Pendaki Meninggal di Gunung Sagara Garut, Keluarga Tolak Otopsi

    Pendaki Meninggal di Gunung Sagara Garut, Keluarga Tolak Otopsi




    Garut

    Seorang pendaki dari Bandung meninggal dunia saat mendaki gunung Sagara di Garut. Perwakilan keluarga menolak proses otopsi.

    Iyep, seorang pendaki asal Bandung meninggal dunia dalam perjalanannya turun dari Gunung Sagara di Garut, Jawa Barat. Iyep diduga meninggal dunia karena mengalami sakit.

    Peristiwa ini terjadi di Gunung Sagara yang berlokasi di Desa Tenjonagara, Kecamatan Sucinaraja, Garut, pada Sabtu (2/8) sore.


    “Korban mendaki bersama rombongannya berjumlah 18 orang,” kata Kapolsek AKP Abusono, Minggu, (3/8/2025).

    Kejadian bermula ketika korban bersama teman-temannya mendaki Gunung Sagara sejak Sabtu pagi, sekitar jam 08.00 WIB. Mereka, kemudian tiba lima jam kemudian. Saat berada di puncak gunung, korban mengeluhkan sakit.

    “Korban mengaku sakit di bagian dada, kemudian mengeluarkan busa dari mulutnya,” katanya.

    Seorang rekan korban, kemudian memberikan pertolongan. Di momen tersebut, terdapat sejumlah mahasiswa kesehatan yang melihat kejadian itu, dan turut serta memberikan pertolongan.

    “Korban sempat sadar dan beristirahat di Pos 4,” katanya.

    Namun sayang, nyawanya tidak tergolong. Korban kemudian dinyatakan meninggal dunia, kemudian dievakuasi oleh tim SAR gabungan sekitar jam 16.30 WIB.

    Abusono menuturkan, usai mendengar kejadian tersebut, pihaknya langsung melakukan penyelidikan. Menurut informasi yang dihimpun dari pihak keluarga, korban memiliki riwayat penyakit.

    “Menurut keterangan saksi, korban memiliki riwayat penyakit hipertensi dan jantung,” pungkas Abusono.

    Setelah dievakuasi dari puncak gunung, korban kemudian langsung dibawa oleh pihak keluarga. Keluarga menerima hal tersebut sebagai musibah, dan menolak dilakukannya otopsi, terhadap jasad lelaki berusia 64 tahun tersebut.

    ——–

    Artikel ini telah naik di detikJabar.

    (wsw/wsw)



    Artikel aslinya

  • Lagi! Ada Turis Ditipu Travel Agent di Labuan Bajo

    Lagi! Ada Turis Ditipu Travel Agent di Labuan Bajo




    Manggarai Barat

    Kejadian turis ditipu travel agent terjadi lagi di Labuan Bajo. Kali ini korbannya adalah seorang turis China berinisial LM (34).

    LM tak terima dilayani dengan kapal wisata yang tak sesuai pesanannya kala berkunjung ke Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Turis perempuan itu kemudian melaporkan agen perjalanan wisata (travel agent) yang menyediakan kapal wisata itu ke polisi.

    LM mempermasalahkan travel agent tersebut karena belum mengembalikan uang muka atau down payment (DP) yang sudah diserahkannya. Uang DP sewa kapal wisata sebesar Rp 940 ribu dari total Rp 9,4 juta itu untuk perjalanan wisata selama dua hari satu malam.


    “Wisatawan itu telah menyetorkan DP Rp 940 ribu kepada pihak agen pada tanggal 25 Juni 2025 lalu untuk trip dua hari satu malam pada tanggal 29 hingga 31 Juli 2025,” kata Kasat Pam Obvit Polres Manggarai Barat, Iptu Abnel Tamonob, Sabtu (2/8/2025).

    Abnel menjelaskan LM membatalkan penyewaan karena kapal yang dipesan tidak sesuai perjanjian awal. Merasa ditipu, LM meminta pengembalian uang muka tersebut.

    Namun, LM malah mengalami kesulitan mendapatkan uang pengembalian DP yang sudah dia bayar, sehingga dia mengadukan kejadian tersebut kepada polisi.

    “Menurut agen wisata, pengembalian uang muka membutuhkan waktu satu bulan. Sehingga berdasarkan rekomendasi rekannya, wisatawan ini ke kantor untuk minta tolong bantuan polisi,” terang Abnel.

    Masalah itu akhirnya diselesaikan secara damai. Polisi kemudian mempertemukan pemilik travel agent berinisial MH (37) dengan LM. Abnel mengatakan MH mengembalikan uang muka kepada LM seusai dimediasi polisi.

    “Sudah dikembalikan uang muka itu setelah kami mediasi dan wisatawan asal Tiongkok itu telah melakukan trip dengan agen yang lain,” kata Abnel.

    Berdasarkan keterangan MH, Abnel berujar, uang DP itu belum diserahkan kepada LM karena masih dalam proses pengembalian. LM meminta uang muka itu untuk menginap di homestay Pulau Rinca.

    ——-

    Artikel ini telah naik di detikBali.

    (wsw/wsw)



    Artikel aslinya

  • Singa dan Hyena Ternyata Berperilaku Beda Saat Turis Datang

    Singa dan Hyena Ternyata Berperilaku Beda Saat Turis Datang


    Windhoek

    Setiap tahunnya, ribuan wisatawan berbondong-bondong ke Afrika untuk menyaksikan langsung kehidupan satwa liar. Itulah yang membuat hewan berubah saat dekat wisatawan

    Bagi sebagian besar dari mereka, melihat singa dan hyena di habitat alaminya adalah impian besar yang ingin diwujudkan. Taman Nasional Etosha di Namibia menjadi salah satu destinasi favorit, karena memberikan kesempatan terbaik untuk melihat predator ikonik ini dari dekat.

    Wisatawan biasanya berkumpul di sekitar kubangan air buatan atau di sepanjang jalur utama taman, berharap dapat mengamati hewan-hewan yang sebelumnya hanya mereka lihat lewat layar televisi atau dokumenter alam.


    Namun, pernahkah kita berpikir bagaimana perasaan para predator itu terhadap keberadaan manusia yang terus-menerus mengamati mereka? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa reaksi mereka mungkin tidak seperti yang kita bayangkan.

    Predator Menyesuaikan Diri dengan Kehadiran Wisatawan

    Mengutip Earth.com, Minggu (3/8/2025) sebuah studi yang dipimpin oleh Universitas Georgia (UGA) mengungkapkan bahwa singa dan hyena menunjukkan penyesuaian perilaku sebagai respons terhadap aktivitas wisata.

    Penelitian tersebut menjelaskan keterkaitan kompleks antara kebiasaan predator, akses terhadap air, keberadaan jalan, dan kehadiran manusia.

    “Pesan utama dari penelitian ini bukanlah bahwa pariwisata itu buruk. Hewan-hewan pemangsa besar membutuhkan ruang yang luas untuk berburu dan menjelajah, dan pariwisata justru menjadi penopang ekonomi utama di banyak negara,” ujar Jim Beasley, salah satu penulis studi sekaligus profesor di Fakultas Kehutanan dan Sumber Daya Alam Warnell, UGA.

    Dalam penelitian yang dilakukan selama delapan tahun, para peneliti melacak pergerakan 14 ekor singa dan 9 ekor hyena menggunakan kalung GPS. Mereka menganalisis pola pergerakan hewan-hewan ini dalam berbagai musim dan waktu.

    Hasilnya menunjukkan bahwa faktor lingkungan seperti vegetasi dan ketersediaan air memiliki pengaruh lebih besar terhadap perilaku predator dibandingkan tingkat aktivitas wisatawan.

    Singa, misalnya, lebih suka berkeliaran di area yang memiliki vegetasi rendah, meskipun mereka dikenal sebagai predator penyergap. Vegetasi yang terlalu lebat bisa justru menyulitkan perburuan karena menghalangi pandangan dan pergerakan.

    Hyena tutul muncul pertama kali dalam 5000 tahunHyena. (Antonio Friedemann via Phys.org)

    Sebaliknya, hyena lebih memilih wilayah hutan atau berumput lebat. Habitat seperti itu kemungkinan membantu mereka berlindung dari panas matahari dan tetap tersembunyi dari ancaman.

    Singa dan Hyena Punya Strategi Berbeda

    Ketika musim kemarau maupun musim hujan, singa tetap menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap sumber air, baik untuk kebutuhan minum maupun peluang berburu. Sumber air menjadi titik pertemuan alami antara berbagai jenis satwa liar, termasuk mangsa mereka.

    Hyena cenderung tidak bergantung pada air minum secara langsung. Mereka mampu memperoleh cairan dari mangsa yang mereka buru, sehingga tidak terlalu terpaku pada lokasi kubangan air.

    Para peneliti menduga, hyena mungkin sengaja menghindari area tersebut untuk mengurangi kemungkinan bertemu atau bersaing dengan singa.
    Perbedaan perilaku itu menunjukkan bahwa meskipun hidup di lanskap yang sama, setiap spesies memiliki strategi sendiri dalam menghadapi tekanan lingkungan dan interaksi antar-spesies.

    A caretaker prepares to place an ice block inside an enclosure of lions on a hot summer day at the Ayub National Park in Rawalpindi on May 18, 2022. (Photo by Aamir QURESHI / AFP) (Photo by AAMIR QURESHI/AFP via Getty Images)Singa. (Aamir QURESHI/AFP)

    Menghindari Jalan Ramai saat Musim Kunjungan

    Penelitian juga menemukan bahwa baik singa maupun hyena memanfaatkan jaringan jalan di taman nasional untuk berpindah tempat dengan lebih efisien. Namun, selama musim kemarau, ketika jumlah kendaraan wisata meningkat, kedua predator cenderung menghindari jalan-jalan utama.

    Singa lebih sering terlihat di dekat jalan sekunder yang lebih sepi tetapi tetap memberikan akses ke sumber daya penting seperti air. Hyena yang dikenal lebih sensitif terhadap keberadaan manusia, juga menjauh dari jalur utama saat lalu lintas wisatawan sedang tinggi.

    Menariknya, saat musim hujan tiba dan jumlah pengunjung menurun, singa dan hyena tampak lebih bebas menggunakan jalan utama dan sekunder.

    Taman Nasional Etosha setiap tahunnya menerima lebih dari 200.000 pengunjung. Seiring waktu, sebagian satwa mulai menunjukkan tanda-tanda pembiasaan terhadap kehadiran manusia dan kendaraan.

    Penelitian terdahulu di taman itu mencatat bahwa beberapa spesies seperti impala, gajah, dan hyena mulai menunjukkan toleransi terhadap manusia. Bahkan, ada singa yang tampak tidak terganggu sama sekali oleh wisatawan.

    Namun, adaptasi ini bukan tanpa risiko. Satwa yang terlalu terbiasa dengan manusia bisa terdorong untuk keluar dari batas aman taman nasional, yang meningkatkan kemungkinan interaksi berbahaya di wilayah pemukiman atau pertanian.

    Memahami pola dan perubahan perilaku tersebut sangat penting untuk membantu pengelola taman merancang jalur wisata, titik pengamatan, dan aturan kunjungan yang aman baik bagi manusia maupun satwa.

    Menjaga Keseimbangan antara Wisata dan Konservasi

    “Habitat alami predator besar ini adalah kawasan penting, baik dari sisi konservasi maupun ekonomi melalui pariwisata. Pariwisata menyumbang pendapatan yang sangat besar bagi banyak negara, dan banyak orang ingin menyaksikan langsung predator besar di alam bebas,” kata Beasley.

    Namun, ia menambahkan, meski pengamatan satwa liar menjadi daya tarik utama, penting untuk menyadari dampak tersembunyi dari aktivitas manusia di habitat alami.

    Penelitian menunjukkan bahwa perilaku predator bukanlah hasil dari pergerakan acak. Pilihan tempat mereka berkeliaran mencerminkan keputusan yang kompleks, mempertimbangkan keamanan, ketersediaan makanan, serta gangguan dari manusia.

    Taman Nasional Etosha di NamibiaTaman Nasional Etosha di Namibia. (Pekondjelo Himufe/wikimedia.commons)

    “Karnivora besar sangat rentan terhadap tekanan yang berasal dari aktivitas manusia, yang kian meningkat di wilayah Afrika,” tulis para peneliti dalam studi mereka.

    “Dengan meningkatnya interaksi manusia dan satwa liar akibat pariwisata berbasis alam, pemahaman yang lebih mendalam terhadap pilihan habitat predator menjadi kunci dalam merancang strategi konservasi yang efektif,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 4

    (upd/wsw)






    Artikel aslinya

  • Jangan Sembarangan Rebahkan Kursi di Pesawat, Ada Etikanya

    Jangan Sembarangan Rebahkan Kursi di Pesawat, Ada Etikanya




    Jakarta

    Jangan sembarangan ketika merebahkan kursi di pesawat, karena ada penumpang lain yang mungkin akan merasa terganggu. Ada etikanya!

    Kenyamanan adalah hak setiap penumpang pesawat. Kursi pesawat, baik kelas ekonomi maupun bisnis, dilengkapi sandaran yang bisa direbahkan demi menambah kenyamanan perjalanan.

    Namun, ada etika tak tertulis yang perlu diperhatikan agar tidak mengganggu kenyamanan penumpang lain, terutama ketika merebahkan kursi ke belakang.


    Ada sejumlah insiden di dalam pesawat yang berasal dari masalah sandaran kursi, di mana penumpang yang duduk di belakang merasa keberatan karena penumpang yang di depannya merebahkan kursi tanpa izin lebih dulu dan akhirnya berujung pada perkelahian.

    Penumpang yang merebahkan kursinya ke belakang sepanjang penerbangan tentu menyebabkan ketidaknyamanan bagi penumpang di belakangnya. Kejadian ini kembali menyoroti pentingnya etika dalam menggunakan fasilitas pesawat.

    Berikut adalah panduan etika merebahkan sandaran kursi di pesawat, dilansir dari Instagram @angkasapura_172:

    1. Minta Izin Lebih Dulu

    Sebelum memutuskan untuk merebahkan sandaran kursi, ada baiknya meminta izin atau setidaknya memberi isyarat kepada penumpang yang duduk di belakang Anda. Ini adalah bentuk rasa hormat dan menunjukkan kepedulian terhadap ruang pribadi mereka.

    2. Jangan Rebahkan Kursi Saat Makan

    Jangan merebahkan kursi ketika makanan sedang disajikan atau saat penumpang di belakang Anda sedang menikmati hidangan. Tindakan ini akan sangat mengurangi ruang mereka untuk makan dengan nyaman.

    3. Lakukan Perlahan dan Secukupnya

    Rebahkan sandaran kursi secara perlahan dan tidak terlalu penuh. Hindari merebahkan kursi hingga batas maksimal jika tidak benar-benar diperlukan, agar ruang gerak dan privasi penumpang di belakang tidak terganggu secara drastis.

    Kapan Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Merebahkan Kursi Pesawat?

    Dilansir dari Outside, waktu terbaik untuk menyandarkan kursi menurut pramugari adalah saat hendak tidur atau beristirahat. Sebaliknya, waktu terburuk untuk merebahkan kursi adalah ketika Anda hendak berdiri.

    Meskipun ruang antar kursi terbatas dan mungkin membuat seseorang ingin merebahkan kursi saat berdiri, pramugari menyarankan untuk tidak melakukannya karena sangat mengganggu penumpang di belakang.

    Pakar etiket nasional dari Protocol School of Texas di San Antonio menekankan pentingnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan menghormati tingkat kenyamanan dasar orang lain di ruang publik yang sempit.

    Oleh karena itu, apa pun yang ingin Anda lakukan dengan kursi Anda, selalu pastikan untuk melihat ke belakang terlebih dahulu. Ini untuk memastikan bahwa tindakan Anda tidak akan mengganggu kenyamanan penumpang lain.

    ——–

    Artikel telah tayang di CNN Indonesia.

    (wsw/wsw)



    Artikel aslinya

  • Cerita Pohon Asam Raksasa Berusia Ratusan Tahun di Masjid Tua Klaten

    Cerita Pohon Asam Raksasa Berusia Ratusan Tahun di Masjid Tua Klaten




    Klaten

    Masjid Baiturohman atau Masjid Tiban adalah salah satu masjid tua di Klaten. Di masjid ini tersimpan cerita tentang pohon asam raksasa berusia ratusan tahun.

    Masjid yang berada di Desa Jambu Kidul, Kecamatan Ceper, merupakan salah satu masjid tua yang tersisa di Klaten. Masjid itu menyimpan kisah pohon asam raksasa dan Watu Toleh di dekatnya.

    Ukuran pohon asam Jawa tersebut tak biasa karena diameter batang bawahnya saja lebih dari 1 meter dengan ketinggian sekitar 15 meter. Kulit pohon yang menyerupai keriput, membungkus sedikit kayu batang yang tersisa karena dimakan usia.


    Saking tuanya pohon asam itu, batang tengahnya sampai berlubang, sehingga membentuk ruangan yang bisa untuk bersembunyi tiga orang dewasa. Meski begitu, pohon itu tampak subur dan berdaun lebat dengan buahnya yang menjuntai kecokelatan.

    Selain pohon asam Jawa, di samping mihrab masjid terdapat satu ruangan ukuran sekitar 1×1 meter dengan teralis besi. Di dalamnya terdapat dua lempeng batu andesit yang diletakkan di lantainya.

    Batu yang besar ukurannya sekitar 50×80 sentimeter dan yang kecil 20×80 sentimeter. Pada batu tersebut tidak ditemukan ornamen atau guratan takik sebagaimana batuan luar bangunan candi.

    Batu tersebut lebih menyerupai altar atau meja dengan ketebalan sekitar 8- 10 sentimeter. Batu tersebut disebut warga secara turun-temurun dengan sebutan Watu Toleh atau Watu Soleh.

    Bangunan Masjid Baiturohman ini sudah dirombak dengan bangunan model baru. Di bagian dindingnya ada papan bertulisan masjid dibangun pada tahun 1811.

    “Tahun 1811 itu hanya perkiraan sesepuh, kemungkinan lebih tua lagi, masjid dibangun seusia berdirinya desa. Ya mungkin di masa para wali, para sunan-sunan,” ungkap warga setempat, Marsudi (85) dengan bahasa Jawa campuran, Kamis (31/7).

    Diceritakan Marsudi, tidak ada yang tahu pasti masjid dan umur pohon asam itu. Namun usia pohon asam dan masjid itu diyakini warga sudah ratusan tahun.

    “Ya ratusan tahun usianya jelas. Dulu itu pohon asam untuk tambatan kuda. Kalau batu itu (di samping masjid) namanya Mbah Toleh, itu dulu di tengah jalan jumlahnya 5 tapi dibawa orang 3 buah,” kata Marsudi yang tinggal di sisi selatan masjid ini.

    Terpisah, warga lainnya, Kanti (90), mengatakan sejak dia kecil pohon asam itu sudah besar. Bahkan tengah pohon yang bolong bisa digunakan sembunyi orang.

    “Dulu untuk main sembunyi anak-anak kecil zaman saya. Sekarang pun bisa kalau mau masuk,” kata Kanti.

    Hal yang sama disampaikan Mardilan (65). Dia menyebut sejak dulu pohon asam itu sudah sebesar saat ini dan saat dirinya kecil rongganya untuk bersembunyi.

    “Masjid dulu tidak begini, pintunya pendek, ini bangunan baru, sudah direhab. Kalau batu itu disebut Mbah Toleh atau Mbah Soleh, batunya tinggal dua, dulu ada yang dibawa petugas purbakala,” Mardilan.

    Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi, menyatakan masjid di Jrebeng itu sudah tergambar di peta topografi Belanda tahun 1930. Sedangkan, batunya diduga batu sisa candi entah dari mana asalnya.

    “Masyarakat sekitar bagus masih mau merawat meskipun cuma batu, batu andesit. Ditaruh di ruang sehingga tidak kena panas dan hujan,” kata dia.

    ——–

    Artikel ini telah naik di detikJateng.

    (wsw/wsw)



    Artikel aslinya

  • Video: Layanan Mobilitas Gratis di Berlin, Lansia-Difabel Bebas Bepergian

    Video: Layanan Mobilitas Gratis di Berlin, Lansia-Difabel Bebas Bepergian



    Video: Layanan Mobilitas Gratis di Berlin, Lansia-Difabel Bebas Bepergian



    Artikel aslinya

  • Update 2025, Apakah Tren Penerbangan Raw Dogging masih Layak Dicoba?

    Update 2025, Apakah Tren Penerbangan Raw Dogging masih Layak Dicoba?



    Jakarta

    Gaya penerbangan raw dogging merujuk pada penumpang yang nggak ngapa-ngapain selama dalam perjalanan. Style ini banyak dilakukan figur terkenal dunia lalu diunggah dalam akun media sosilnya, terutama TikTok. Tak heran jika gaya penerbangan raw dogging sempat jadi tren di 2024 yang tak mungkin dilewatkan.

    Salah satu yang mengupload gaya penerbangan raw dogging adalah Erling Haaland punggawa klub Manchester City. Dalam akun TikToknya, Haaland mengatakan raw dogging ternyata tidak sulit asal punya motif dan keinginan yang kuat. Haaland terlihat duduk tegang tanpa handphone atau earphone.

    “Baru saja raw dogging 7 jam perjalanan pesawat tanpa smartphone, tidur, air, dan makanan. Hanya memperhatikan peta,” tulis Haaland dalam unggahannya disertai tag #easy untuk menekankan mudahnya melakukan raw dogging, meski dalam perjalanan jauh.


    Erling Haaland Raw Dogging selama tujuh jam dalam penerbangan.Erling Haaland sedang raw dogging Foto: Instagram.com/erling.haaland

    Istilah raw dogging digunakan untuk menunjukkan seseorang yang tidak menggunakan gadget, sekadar istirahat, bahkan tanpa makan, minum, tidur, atau jalan-jalan sebentar. Raw dogging biasa dilakukan pada penerbangan jarak jauh hingga 15 jam atau lebih, tanpa ada tindakan apa pun.

    Tidak jelas penyebab munculnya tren penerbangan raw dogging di 2024. Namun, raw dogging dianggap sebagai pembuktian besarnya kekuatan mental. Mereka yang berhasil melakukan raw dogging diindikasikan memiliki kontrol diri dan daya tahan yang sangat baik.

    Apakah Raw Dogging Masih Layak Dicoba di 2025?

    Tren raw dogging sebetulnya sudah hilang di 2025, berganti dengan challenge lain yang sedang digemari warganet. Detikers tentunya bisa mencoba gaya penerbangan raw dogging bila berkenan. Apalagi, raw dogging bisa jadi kesempatan untuk meditasi di tengah kesibukan setiap hari.

    “Raw dogging menyediakan peluang mengubah perspektif hidup untuk sementara. Misal dengan mengakui betapa beruntung masih bisa melakukan perjalanan udara saat itu, atau pentingnya hal-hal kecil yang mungkin terlupakan ketika menjalani kesibukan. Dengan cara berbeda, meditasi bisa dilakukan untuk relaksasi mental atau melatih fokus,” ujar praktisi meditasi Carlos Diaz.

    Penumpang pesawat ubah kursi ekonomi jadi bisnisIlustrasi duduk dalam pesawat (dok. TikTok)

    Praktik meditasi tak perlu sampai mengabaikan kebutuhan cairan dan nutrisi lain yang dibutuhkan tubuh. Menurut ahli nutrisi Dani O’Brien, tidak minum sama sekali dalam penerbangan selama beberapa jam bukan perbuatan bijak. Dia menegaskan tidak memberi rekomendasi untuk menerapkannya.

    “Saya tidak akan pernah menyarankan tidak minum air putih, apalagi jika sedang dalam pesawat dengan kondisi cenderung kering dan mudah dehidrasi. Tiap orang perlu cukup air putih agar sistem tubuh bisa bekerja dengan baik termasuk otak,” kata O’Brien.

    Untuk makanan, O’Brien menyarankan penumpang membawa bekal sendiri sesuai kebutuhannya jika tidak suka hidangan pesawat. Penumpang bisa memilih makanan dengan garam, gula, dan pilihan menu sesuai kecukupan nutrisi tubuh. Penumpang juga bisa berjalan-jalan sesekali untuk meredakan pegal, ke kamar mandi, dan mencegah terjadinya gumpalan darah di pembuluh vena kaki (deep vein thrombosis/DVT).

    (row/fem)





    Artikel aslinya