Kategori: Travel

  • Mau Rasakan Suasana Imlek di Serpong, Cobalah ke Sini

    Mau Rasakan Suasana Imlek di Serpong, Cobalah ke Sini




    Jakarta

    Imlek dan pernak-perniknya telah hadir di berbagai sudut di Jakarta. Jika traveler mau merasakan yang demikian di sekitaran Serpong maka cobalah ke sini.

    Perayaan tahun baru Imlek 2025 akan jatuh pada 29 Januari 2025. Ini merupakan momen istimewa dan penuh makna yang dihiasi oleh berbagai tradisi.

    Perayaan ini juga terasa keramaiannya di berbagai wilayah termasuk di kawasan Gading Serpong. Berbagai hiasan bertema lampion berwarna merah dan kuning sebagai simbol keberuntungan dan kebahagiaan mulai menghiasi beberapa lokasi hunian dan area street commercialnya.


    Instalasi pagoda akan menghiasi kawasan kuliner Pisa Grande, Maggiore Square dan Madison Grande.

    Hiasan bertema lampion menghiasi beberapa kawasan Gading Serpong, seperti di kawasan Pasadena Central District yang memasang hiasan Lampion sepanjang 80 meter.

    Tempatnya tepat berbatasan dengan akses jalan yang baru diresmikan awal Januari 2025, sehingga sangat mudah terlihat dari berbagai arah.

    Suasana Imlek di Gading SerpongFoto: suasana Imlek di Gading Serpong (Istimewa)

    Lampion juga menghiasi area lain seperti Madison Grande, Aniva Grande, Sorrento Square, Pisa Grande, BEZ Auto Center, dan area komersial lainnya. Pemasangan hiasan lampion ini akan berlangsung selama satu bulan, mulai 20 Januari 2025.

    “Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Gading Serpong telah menjelma menjadi area yang ramai dengan berbagai destinasi pusat kuliner dan bisnis,” kata Direktur Eksekutif Estate Management Paramount Land, Oktavianus Ekowibowo, Minggu (26/1/2025).

    “Itu karena pesatnya aksesibilitas dan konektivitas Gading Serpong yang tidak hanya menjadi destinasi di Jabodetabek tapi juga berskala nasional untuk tinggal, berbisnis, beraktivitas, dan berekreasi,” ujar dia.

    Suasana Imlek di Gading SerpongFoto: suasana Imlek di Gading Serpong (Istimewa)

    Untuk memperkuat eksistensi dan memperbanyak destinasi baru, pihaknya terus berinovasi dan kreatif dalam berbagai kegiatan. Contohnya mereka melakukan berbagai acara, seperti Street Barongsai (Pisa Grande, 24 Januari pukul 18.30 WIB, Aniva Grande, 24 Januari pukul 19.00 WIB, Maggiore Junction, 25 Januari pukul 18.30 WIB & 19.00 WIB), Wushu Performance (Pisa Grande, 28 Januari pukul 17.00 WIB), dan acara lainnya bertempat di Pasadena Central District.

    “Untuk mempererat keharmonisan dengan warga Gading Serpong, kami juga akan menggelar Festival Cap Go Meh pada 7-8 Februari 2025 yang akan diramaikan oleh atraksi budaya dan kuliner yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas,” kata dia.

    Kini masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk melihat dan menikmati perayaan Tahun Baru Imlek karena atmosfer pecinan (Chinatown) karena dapat dirasakan di Gading Serpong.

    (msl/msl)



    Artikel aslinya

  • Cerita Gowes Soliter di Umur 60: Candi Borobudur-Imogiri-Jakarta

    Cerita Gowes Soliter di Umur 60: Candi Borobudur-Imogiri-Jakarta




    Jakarta

    Seorang kawan baik mengajak gowes dengan Komunitas Al Mukhlisun di Perumaha Griya Depok Asri, Jabar. Saya oke karena kepingin gowes melipir di sekitar Candi Borobudur di Magelang, sampai nanti keliling di seputar Imogiri, Yogyakarta.

    “Kita carter bis sampai Magelang dan Jogja (PP). Sepeda dimasukan ke dalam bis yang akan dibongkar setengah dari kapasitas tempat duduknya”. Begitu ajakannya. Menarik sekali.

    Tadinya mau pakai sepeda lipat (seli), tapi tidak jadi. Tidak juga dengan Road bike (RB), sebab saya tes posisi tas di sadel di sepedanya untuk membawa perlengkapan perjalanan, tidak nyaman dudukannya.


    Sejak beberapa kali dicoba memang hasilnya belum pernah sukses saya mengemas saddle bag untuk RB ini.

    Sedangkan bawaan saya nanti akan cukup banyak sebab perjalanan akan diawali dulu bersama dengan Komunitas Goweser tersebut di atas.

    Maka, mending dengan sepeda mountain bike (MTB) saja lebih nyaman, sebab saya mau pulang gowes soliter atau sendiri dari Jogja ke Jakarta.

    Mungkin tidak istimewa juga cerita perjalanan dengan sepeda seorang diri pada usia 61 tahun, sekitar tiga minggu lagi. Dan tidak penting juga untuk diceritakan.

    Namun yang penting adalah saya memenuhi permintaan seorang teman yang sejak beberapa bulan lalu meminta saya tuliskan pengalaman.

    Waktu itu saya dan kawan-kawan baru selesaikan perjalanan gowes dari kampus UGM di Bulaksumur- Yogyakarta ke kampus UI- Depok. Gowes ini dalam rangka HUT Mapala UI ke 60.

    Rutenya menggunakan peta GPX yang di-set menempuh jarak 660 KM, selama tiga setengah hari.

    Gowes soliterFoto: gowes di Candi Borobudur (Istimewa)

    Borobudur dan Imogiri

    Dimulailah perjalanan ini. Jumat dini hari seminggu yang lalu kami berangkat dari Perumahan Griya Asri Depok.

    Bis big bird nyaman ditumpangi. Sempat berhenti Ishoma dua kali di rest area jalan tol. Tiba di Magelang sekitar Maghrib.

    Briefing singkat dari panitia, kemudian dilanjutkan ngopi bareng mengakhiri hari yang sangat menyenangkan.

    Sehabis subuh kami mampir ke Candi Mendut yang berjarak hanya sekitar 200 meter dari hotel tempat kami menginap.

    Tiga candi, Borobudur, Mendut dan Pawon dalam satu garis lurus yang merupakan warisan budaya bangsa yang sangat dikenal di manca negara, terutama sudah tentu Candi Borobudur. Sangat amat mengagumkan.

    Gowes dari hotel ke area Candi Borobudur berjarak 2 kilometeran. Cuaca pagi nan sejuk.

    Setelah itu kami melanjutkan gowes ke Masjid Jogokariyan Jogja yang memiliki kamar untuk disewakan juga ke jamaah yang berminat.

    Jarak dari Borobudur ke Jogja 40 km-an. Diawali rute yang lumayan naik turun (rolling). Lumrah, beberapa teman keram kakinya.

    Perjalanan diselingi dengan makan durian dan makan siang di resto yang lezat, rekomendasi dari teman SMA yang sekarang bertempat tinggal di Jogja dan menjemput kami bersama bergowes ria dari Magelang ke Jogja.

    Pak T dan Pak Andang sebagai marshall atau ride captain (RC) sudah sangat mengenal jalur gowes di seputar Jogja ini.

    Esok harinya kami gowes seputar Imogiri. Suasana kental pedesaan dengan persawahan menghijau. Sungai dan lereng gunung.

    Di beberapa titik di kejauhan ada suara peluit para pelatih burung sedang melatih agar jinak burung-burung elang yang prosesnya sangat mengagumkan.

    Konon burung emprit, walet dan burung-burung kecil juga bisa dilatih. Anehnya burung-burung itu hanya bisa lulut atau menurut dalam jangka waktu tiga bulan saja, setelah itu mereka liar lagi.

    Begitu penjelasan Pak Andang yang sangat ramah dan komunikatif serta merupakan anak sulung dari Pengarang cerita yang sangat kondang di masanya yaitu SH Mintardja.

    Buah karya beliau menjadi legenda hingga kini. Sebut saja antara lain “Api di Bukit Menoreh”, “Nagasasra dan Sabukinten”, dan seterusnya.

    Masjid Jogokariyan di DIY menerapkan konsep saldo kas mesjid nol rupiah yang sangat viral. Pengelolaan masjid dan Lini-lini usahanya sangat memadai sehingga menjadi model banyak masjid lainnya.

    Masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi yang selalu banyak dikunjungi oleh pelancong atau jemaah. Berkah bagi masyarakat sekitarnya.

    Gowes soliterFoto: gowes soliter (Istimewa)

    Gowes Soliter

    Berpisah dengan para sahabat di resto khas yang menyajikan ayam ingkung di Imogiri, lusanya saya lanjut gowes sendiri menuju Jakarta.

    Berbekal peta GPX berangkat pukul 05.30 WIB pagi saya segera meluncur ke arah Bantul menyusur selatan melewati Purworejo dan Purwokerto.

    Dari sini nanti baru mengarah ke utara menuju Tegal, Slawi sampai Cirebon, sebelum lanjut ke Jakarta melalui Pantura.

    Hari pertama berjalan baik. Bermalam di Gombong saat hampir Maghrib saya mencari penginapan di sekitar pasar Gombong, Hotel Permata. Fasilitasnya cukup bagus.

    Kamar standar ber-AC dan ada TV pula. Makan malam di restoran sate kambing enak sekali.

    Sedari siang tadi sambil gowes saya memang sudah membayangkan mau makan berlauk sate dan sop kambing. Letak resto tepat berseberangan dengan RS PKU Muhammadiyah Gombong.

    Esok hari lanjut gowes. Perlu diantisipasi melihat bentangan petanya akan melalui daerah pegunungan, sehingga rolling jalannya tidak bisa dihindari dan pasti akan menyita waktu dan tenaga.

    Target waktu pukul 15.00-an harus sudah mencari penginapan sebab pukul 15.30 ada zoom meeting yang mesti diikuti.

    Berangkat dari Gombong melewati Sumpiuh banyak berjualan dawet ireng di pinggir-pinggir jalan. Jalan terus mendaki melewati Wangon menuju Ajibarang.

    Konstruksi jalan dari beton, bukan aspal, saya rasakan lebih berat untuk menggowes. Di satu saat sebelum zuhur rantai sepeda sempat putus, untung ada bengkel motor dekat situ yang bisa bantu untuk mengganti sambungan rantai yang sudah saya bawa.

    Maka, alhamdulillah pada sore itu sesuai jam yang ditargetkan saya sampai di penginapan Citra Residence di Bumiayu.

    Hari ketiga ini saya perhitungkan akan sampai Cirebon, melewati kota-kota antara lain Slawi dan Tegal.

    Di Slawi seorang teman lama sudah Whatsapp dan juga telepon untuk ketemu di dekat tempat tinggalnya di Randualas, Slawi.

    Untung sekali pagi itu pukul 09.30-an kami bisa jumpa, setelah sekitar 3,5 jam gowes dari Bumiayu. Melihat kecepatan tersebut saya dan kedua teman di Slawi perkirakan paling cepat akan sampai Cirebon pada pukul 15.00 WIB.

    Perjalanan gowes pun berjalan baik. Medan sudah relatif rata, tidak rolling lagi. Kecepatan gowes diusahakan konsisten berkisar 20 km per jam.

    Maka pada pukul 15.00an sudah bisa masuk jalan Kanci di Cirebon. Masih semangat saya rencanakan baru di pukul 17.30-an mau cari penginapan untuk mengganti hari kemarin yang harus masuk ke hotel pada pukul 15.30, karena ada zoom meeting.

    Sama seperti halnya kota besar ternyata Cirebon macet juga di sore hari. Ada sekitar tiga puluh menitan perjalanan gowes jadi terhambat. Dan juga jadi cukup menyita tenaga.

    Syukurlah di penghujung sore hampir Maghrib bisa dicapai Plumbon, di ujung barat Cirebon. Tapi penginapan yang dicari di sepanjang jalan tidak didapat juga.

    Akhirnya ada Masjid Al Jabbar yang dibangun Pemprov Jabar yang bolehkan saya menginap di ruang lantai bawahnya. Lahan masjid ini berkisar 2,5 Ha.

    Dibangun era Gubernur Aher, sesuai penjelasan Bapak Jumadi yang bertugas membersihkan masjid dan memiliki warung di pelataran halaman masjid tersebut.

    Hari keempat pukul 05.00 pagi saya melihat cuaca masih gelap. Saya pasang lampu belakang sepeda untuk menandai dari kendaraan di Pantura yang sudah cukup ramai dan banyak pula yang ngebut. Di google maps jarak 235 km untuk sampai Jakarta. Lumayan juga.

    Berusaha konsisten mengayuh sepeda saya capai kota Indramayu sekitar pukul 09.00 kurang. Konstruksi jalan dari beton lagi, bukan aspal. Seru.

    Terik matahari tampaknya tidak bisa diajak kompromi. Panas menyengat pagi itu sangat terasa sekalipun saya sudah lebih banyak pakai sun screen untuk lebih menyekukkan kulit, Juga banyak minum air putih.

    Pemandangan masih bagus meski lebih banyak dijumpai tambak atau sawah-sawah yang belum ditanami.

    Pukul 11.00an, sekitar lima jam saya gowes dari Plembun, Cirebon, di daerah Patrol, Indramayu saya putuskan untuk berhenti bersepeda, meski belum sampai Jakarta. Maklum akan kondisi tubuh dan terik matahari yang sangat menyengat.

    Belum terasa memang gejala-gejala yang mengkhawatirkan seperti rasa pening, keram, dan sebagainya. Tapi saya mengukur diri untuk berhenti.

    Sudah berjanji kepada orang-orang rumah dan para sahabat yang tahu saya sedang gowes sendiri, untuk tidak memaksakan diri.

    Prinsip gowes adalah untuk enjoy dan kesehatan. Jika sudah tidak begitu, tidak usah diteruskan. Terlalu beresiko.

    Maka, sambil beristirahat di pertigaan Patrol menikmati makanan ketoprak, saya mengobrol dan tanya-tanya, kendaraan bis yang bisa saya tumpangi untuk mencapai Jakarta.

    Bisa gunakan bis “Karawang Indah” pada pukul 11.30 untuk mencapai Cikarang, atau bis antar kota yang lain ke Cileungsi.

    Saya pilih yang ke Cileungsi dengan harapan dari situ saya bisa koneksi lagi ke arah Terminal Kampung Rambutan. Ternyata pilihan ini relatif lebih tepat.

    Pukul 14.00an saya sampai di Kampung Rambutan dan gowes lagi ke arah Jakarta Pusat sekitar satu jam lagi untuk mencapai tempat tinggal.

    Home sweet home. Alhamdulillah sekitar 430 Km, ditempuh gowes soliter dalam waktu tiga setengah hari.

    (msl/msl)



    Artikel aslinya

  • Ternyata, Bule Jerman Bos ‘Kampung Rusia’ Kuasai 34 SHM Lahan Pertanian di Ubud

    Ternyata, Bule Jerman Bos ‘Kampung Rusia’ Kuasai 34 SHM Lahan Pertanian di Ubud




    Jakarta

    Hasil penyelidikan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Bali mengungkap Andrej Frey (53) menguasai 34 sertifikat hak milik (SHM) milik warga di Tegallalang, Ubud, Gianyar. Frey merupakan warga Jerman bos Parq Ubud di Jalan Sriwedari, Tegallalang, yang santer disebut sebagai Kampung Rusia.

    Menurut Kapolda Bali Daniel Adityajaya, 34 SHM itu digunakan untuk membangun kawasan akomodasi wisata Parq Ubud dengan luas sekitar 1,8 hektare. Padahal, lahan-lahan tersebut masuk zona 1 Lahan Sawah Dilindungi (LSD) dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), zona 3 alias perkebunan, serta zona pariwisata.

    “Di zona P1, berdiri vila, spa center dan peternakan hewan yang masih tahap pembangunan. Setelah digali ternyata, tanah itu merupakan alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan,” ujar Daniel dalam rilis kasus di Mapolda Bali, Denpasar, Jumat (24/1/2025).


    Frey sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana alih fungsi lahan. Polisi telah memeriksa 33 saksi dan tiga ahli. Mereka terdiri dari perangkat daerah Provinsi Bali, Kabupaten Gianyar, camat, lurah, bendesa, pekaseh di Ubud, hingga pemilik lahan.

    Daniel menegaskan akibat ulah Frey, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar kehilangan banyak lahan produktif. “Luas tanah yang hilang 1,845 hektare dari total 1.752 hektare lahan produktif di Gianyar,” kata Daniel.

    Diberitakan sebelumnya, polisi menangkap dan menahan Frey setelah serangkaian penyelidikan sejak November 2024. “Tersangka merupakan Direktur PT Parq Ubud Partners, Direktur PT Tommorow Land Development Bali, dan Direktur PT Alfa Management Bali,” kata Daniel.

    Diketahui, Parq Ubud kerap disebut sebagai Kampung Rusia lantaran banyaknya warga Rusia yang tinggal di sana. Parq Ubud sempat disegel sementara oleh Satpol PP Gianyar pada November 2024 karena tak melengkapi izin.

    Satpol PP akhirnya menutup Parq Ubud secara permanen, Senin (20/1/2025). “Penutupan dilakukan sesuai dengan undang-undang dan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar, dan telah melalui beberapa tahapan,” ujar Asisten Administrasi Umum Sekda Kabupaten Gianyar, I Ketut Pasek Lanang Sadia, dalam keterangan tertulis yang diterima detikBali, Senin.

    Video penutupan Parq Ubud oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gianyar tersebut viral di media sosial. Berdasarkan video yang beredar, penyegelan usaha akomodasi itu sempat diwarnai kericuhan.

    Artikel ini telah tayang di detikbali

    (sym/sym)



    Artikel aslinya

  • Video: Melihat Tradisi Memandikan Patung Dewa Jelang Perayaan Imlek

    Video: Melihat Tradisi Memandikan Patung Dewa Jelang Perayaan Imlek



    Video: Melihat Tradisi Memandikan Patung Dewa Jelang Perayaan Imlek



    Artikel aslinya

  • Pria Ini Ngonten TikTok di Kandang Singa, Ya Diterkamlah!

    Pria Ini Ngonten TikTok di Kandang Singa, Ya Diterkamlah!




    Jakarta

    Seorang pria asal Pakistan nekat masuk ke kandang singa. Ia mempertaruhkan nyawa demi konten TikTok.

    Seperti dikutip dari Independent UK pada Jumat (24/1/2025), pria tersebut bernama Muhammad Azeem. Dia masuk tanpa izin ke sebuah penangkaran di provinsi Punjab, Pakistan.

    Layaknya sinetron dengan akhir yang dapat ditebak, Azeem berakhir dengan luka parah akibat terkaman singa. Siapa suruh masuk ke kandang singa?


    Insiden itu mendorong Departemen Margasatwa Punjab untuk memerintahkan tindakan terhadap pemilik peternakan tersebut. Departemen itu telah memulai proses dan memerintahkan pembatalan izin penangkaran.

    Memelihara singa atau jenis kucing liar lainnya sebagai hewan peliharaan bukanlah hal yang aneh di Pakistan, di mana pengusaha kaya diketahui mengelola kebun binatang pribadi dan terkadang memamerkan hewan-hewan tersebut untuk umum.

    Sementara itu, pemerintah Punjab baru saja meresmikan amandemen terhadap Undang-Undang Margasatwa 1974 untuk mengatur kepemilikan dan pengelolaan hewan liar, seperti singa dan harimau. Amandemen tersebut mencakup larangan memelihara hewan tersebut di wilayah perkotaan dan pelarangan merekam video TikTok atau video lain yang melibatkan hewan liar.

    Pelanggar undang-undang perlindungan satwa liar akan dikenai denda hingga 500.000 PKR atau Rp 28 jutaan.

    Menteri senior pemerintah Punjab Marryum Aurangzeb mengatakan undang-undang tersebut kini mencakup lima spesies kucing besar, yakni singa, cheetah, harimau, puma, dan jaguar.

    “Selama 70 tahun terakhir, tidak ada undang-undang yang mengatur pemeliharaan hewan-hewan ini, yang menyebabkan keberadaan mereka umum ditemukan di rumah,” katanya.

    “Larangan ketat telah diberlakukan untuk tidak memajang hewan-hewan ini di TikTok atau platform media sosial lainnya. Standar minimum telah ditetapkan untuk memelihara mereka, dan mereka harus ditempatkan di luar batas kota. Pemilik akan diberi waktu untuk merelokasi hewan-hewan ini, kegagalan untuk mematuhinya akan mengakibatkan tindakan hukum dan FIR,” tambahnya.

    Menurut aktivis hewan, meskipun ada persyaratan prosedural tertentu untuk mengimpor hewan liar ke Pakistan, tidak ada hukum setelah mereka berada di dalam negeri. Hukum yang melindungi hak-hak hewan lokal tidak berlaku untuk hewan yang diimpor.

    Mereka mengatakan tren memelihara hewan liar sebagai hewan peliharaan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial di negara tersebut dalam upaya untuk meningkatkan pengikut.

    Pada tahun 2023, seekor macan tutul peliharaan melarikan diri dan berlarian di daerah permukiman di Islamabad, meneror penduduk setempat selama berhari-hari. Video yang beredar di media sosial menunjukkan kucing liar itu melompati tembok dan berlarian di sekitar mobil dengan panik. Hewan itu ditangkap hampir setelah enam jam dan tiga orang terluka dalam insiden itu.

    (bnl/fem)



    Artikel aslinya

  • Mengenal Patung GWK Bali, Salah Satu Patung Tertinggi di Dunia

    Mengenal Patung GWK Bali, Salah Satu Patung Tertinggi di Dunia



    Jakarta

    Patung Garuda Wisnu Kencana atau GWK menjadi salah satu destinasi wisata favorit para turis saat di Bali. Bagaimana tidak, patung ini terkenal dengan ukurannya yang besar dan tinggi.

    Bahkan, Patung GWK disebut-sebut menjadi salah satu patung tertinggi di dunia, lho. Wajar saja karena patung ini memiliki tinggi 121 meter dan lebar mencapai 66 meter.

    Patung GWK memiliki sejarah panjang dalam tahap pembangunannya. Selain itu, patung raksasa ini juga punya beberapa fakta menarik untuk dibahas.


    Ingin tahu sejarah dan latar belakang pembangunan Patung GWK Bali? Lalu apa saja fakta unik dari patung besar dan gagah tersebut? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

    Sejarah Patung GWK Bali

    Mengutip catatan detikcom, pembangunan Patung GWK dicetuskan oleh I Nyoman Nuarta sejak 1980-an. Namun, ide untuk membuat patung raksasa tidak langsung diterima oleh masyarakat. Butuh waktu sekitar delapan tahun bagi Nyoman Nuarta untuk memperkenalkan ide tersebut kepada warga.

    Sebab, sejumlah masyarakat menilai jika pembangunan Patung GWK dianggap sebagai proyek besar yang akan menghambur-hamburkan uang tanpa tujuan. Padahal, Nyoman Nuarta memiliki tujuan lain dari pembangunan patung tersebut.

    Menurutnya, latar belakang dibangunnya Patung GWK adalah untuk mewujudkan sebuah kawasan sebagai tujuan wisata baru di Bali. Lalu, ia mengatakan jika sebuah tempat wisata harus menunjukkan nilai budaya bangsa sekaligus tempat untuk mementaskan aneka seni nusantara, bahkan dunia.

    Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) menjadi patung tertinggi ke-4 di dunia. Butuh waktu 28 tahun untuk mewujudkan mahakarya sekaligus ikon Pulau Bali itu.Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) dari kejauhan. (Ni Made Nami Krisnayanti)

    Pada akhirnya, pembangunan Patung GWK yang dicetuskan oleh I Nyoman Nuarta mendapat persetujuan Presiden Soeharto pada 1990. Kemudian patung GWK mulai dibangun hingga peletakan batu pertama pada 8 Juni 1997.

    Namun sayang, proyek pembangunan Patung GWK sempat terhenti sementara akibat krisis moneter pada 1997-1998. Lalu, pembangunan patung tersebut kembali dilanjutkan dengan peletakan batu pertama pada 23 Agustus 2013.

    Proses pembangunan Patung GWK diakhiri dengan pemasangan mahkota Dewa Wisnu pada 2018 serta mengadakan upacara Melaspas. Diresmikan pada 22 September 2018 oleh Presiden Ketujuh RI, Joko Widodo, proses pembangunan GWK memakan waktu sekitar 28 tahun.

    Fakta Menarik Tentang Patung GWK

    Ada sejumlah fakta menarik mengenai Patung GWK Bali. Mengutip catatan detikTravel, berikut sejumlah fakta menariknya:

    1. Melibatkan 1.000 Pekerja saat Pembangunan

    Karena memiliki ukuran yang besar dan tinggi, maka proses pembangunan Patung GWK juga melibatkan banyak pekerja. Tercatat ada sekitar 1.000 pekerja yang dilibatkan dalam proses pembangunan Patung GWK.

    2. Dibangun di Atas Bekas Lahan Tambang

    Sebelum menjadi tempat wisata populer di Bali, awalnya lokasi yang saat ini ditempati oleh Patung GWK adalah sebuah tambang kapur. Sebab, tanah di Ungasan pada saat itu terdiri dari hamparan kapur dan banyak tambang kapur yang merusak lingkungan.

    Akhirnya, Patung GWK didirikan di bukit kapur setinggi 263 mdpl, tepatnya di Kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana dengan luas sekitar 250 hektar.

    3. Patung Tertinggi Keempat di Dunia

    The Straits Times menobatkan Patung GWK Bali sebagai patung tembaga terbesar di dunia. Selain itu, Patung GWK (121 meter) juga dinobatkan menjadi patung tertinggi keempat di dunia, mampu mengalahkan Patung Liberty (93 meter) di New York, AS.

    Patung GWK dibangun dengan tinggi 75 meter, pondasinya setinggi 70 meter, serta sayap burung Garuda yang membentang selebar 66 meter.

    4. Mampu Menahan Tekanan Angin hingga 2,5 Pa

    Sebagai patung terbesar di Indonesia, tentu Patung GWK sudah melalui sejumlah tes. Salah satu tesnya adalah studi tekanan angin.

    Berdasarkan studi yang dilakukan selama 100 tahun terakhir, Patung GWK diklaim dapat menahan tekanan angin hingga 2,5 Pa.

    5. Punya Bobot 4.000 Ton

    Selain tinggi, Patung GWK juga memiliki berat mencapai 4.000 ton yang terbuat dari bahan tembaga, baja, dan kuningan. Saking tinggi dan besarnya, Patung GWK dapat terlihat dari radius hingga 20 km, sehingga nampak jelas dari Kuta dan Nusa Dua.

    Kini, Patung GWK menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi jika baru pertama kali ke Bali. Apakah travelers sudah pernah berkunjung sebelumnya?

    (ilf/fds)



    Artikel aslinya

  • Antar Jemaah Umrah, Lion Air Siapkan 66 Penerbangan Setiap Minggu

    Antar Jemaah Umrah, Lion Air Siapkan 66 Penerbangan Setiap Minggu




    Jakarta

    Lion Air menyiapkan pesawat yang andal dalam melayani kebutuhan penerbangan ibadah, khususnya umrah dan wisata religi, dari Indonesia ke Arab Saudi.

    “Selama lebih dari 13 tahun, Lion Air terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan layanan terbaik untuk masyarakat Indonesia yang ingin melaksanakan ibadah dengan lebih mudah, nyaman, dan efisien,” ujar Corporate Communications Strategic of Lion Group, Danang Mandala Prihantoro, Kamis (9/1/2025).

    Lion Air menerbangkan jemaah umrah dari kota-kota utama di Indonesia langsung ke Jeddah dan Madinah. Kota-kota itu antar lain Medan, Jakarta, Surabaya, Solo, Palembang, dan Makassar.


    “Penerbangan langsung ini dirancang untuk mengurangi waktu perjalanan dan memberikan kenyamanan maksimal bagi jemaah, sehingga mereka dapat lebih fokus pada persiapan ibadah, dengan frekuensi 66 penerbangan setiap minggu,” ujar Danang.

    Lion Air mengoperasikan pesawat berbadan lebar Airbus A330-300CEO dan Airbus A330-900NEO (kapasitas 436 kelas ekonomi) untuk mengangkut jemaah umrah. Pesawat ini dilengkapi fasilitas modern seperti kabin yang luas, kursi ergonomis, dan teknologi canggih, kompartemen bagasi luas untuk memastikan kenyamanan perjalanan jarak jauh.

    “Dengan pengalaman lebih dari satu dekade, Lion Air telah mengembangkan proses operasional yang efisien dan sesuai kebutuhan perjalanan ibadah. Ini
    memberikan ketenangan bagi jemaah untuk menikmati perjalanan mereka,” ujar Danang.

    Jemaah juga bisa fleksibel memilih jadwal penerbangan. Dengan jadwal penerbangan yang variatif, jemaah dapat memilih waktu keberangkatan yang paling sesuai dengan rencana ibadah mereka. “Lion Air berfokus pada penyediaan layanan berkualitas tinggi yang dirancang untuk memastikan perjalanan yang aman dan nyaman,” tutup Danang.

    (ddn/fem)



    Artikel aslinya

  • Cegah Virus HMPV, Bandara YIA Skrining Kesehatan Penumpang dan Kru Pesawat

    Cegah Virus HMPV, Bandara YIA Skrining Kesehatan Penumpang dan Kru Pesawat




    Yogyakarta

    Virus Human Metapneumovirus (HMPV) dinyatakan telah masuk ke Indonesia, otoritas Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) akan menerapkan skrining kesehatan untuk penumpang dan kru pesawat.

    Skrining kesehatan ini akan dilakukan petugas Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Yogyakarta bersama otoritas YIA. Nantinya penumpang dan kru pesawat yang tiba di YIA bakal dicek kesehatannya, termasuk suhu tubuh dan ada tidaknya gejala terjangkit HMPV.

    “Kami di Balai Kekarantinaan Kesehatan juga melakukan pengawasan alat angkut yang masuk maupun yang akan berangkat dari YIA. Kemudian juga melakukan pengawasan orang, pelaku perjalanan, air crew yang masuk, kita pindai suhu tubuh, kita amati gejala dan juga teman-teman dari CIQ yang lain kita juga melakukan pengamatan secara visual,” kata Kepala BKK Yogyakarta, Wisnu Trianggono dikutip dari detikJogja.


    Wisnu mengatakan pihaknya juga sudah meminta pihak maskapai untuk melakukan pengawasan awal terhadap seluruh penumpang. Apabila terindikasi menunjukkan terpapar virus HMPV, penumpang akan langsung dirujuk ke instansi kesehatan sekitar bandara.

    “Kita berkoordinasi juga dengan wilayah, Dinas Kesehatan, RSUD, untuk penanganan jika sewaktu-waktu ditemukan adanya suspect di bandara YIA,” terangnya.

    Saat ini Wisnu memastikan YIA masih aman, belum ada temuan kasus virus tersebut. Dia juga menjamin seluruh petugas akan bekerja maksimal demi mencegah penyebaran virus itu.

    “So far aman di YIA, semuanya terkendali dan ini juga berkat kolaborasi dari seluruh komunitas yang juga terus menjaga kesehatan di bandara, baik dari sisi protokol kesehatan, dari sisi keamanan pangan dan lain sebagainya,” ucapnya.

    Virus Human Metapneumovirus (HMPV) dilaporkan telah terdeteksi di Indonesia setelah sebelumnya merebak di Tiongkok. Virus ini diketahui menyerang anak-anak, namun Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir. HMPV bukanlah virus baru dan telah lama dikenal dalam dunia medis.

    “HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV,” kata Menkes di Jakarta, Senin (6/01/2024).

    Menkes menjelaskan, HMPV berbeda dengan virus COVID-19. Jika COVID-19 adalah virus baru yang membutuhkan penyesuaian sistem imun, HMPV adalah virus lama yang sifatnya menyerupai flu. Sistem kekebalan tubuh manusia, terutama pada kelompok sehat, sudah mampu mengatasi virus ini.

    “Berbeda dengan COVID-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga,” tambahnya.

    Kasus di Tiongkok Tidak Terkait HMPV

    Mengenai pemberitaan tentang meningkatnya kasus HMPV di Tiongkok, Menkes menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar. Hal ini juga telah dikonfirmasi oleh pemerintah Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurutnya, peningkatan kasus flu biasa di negara empat musim seperti Tiongkok sering terjadi saat musim dingin.

    “Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar,” kata Menkes.

    Gejala Mirip Flu Biasa

    Menkes Budi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan. Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa, dengan gejala seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

    Penularan virus HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

    Menkes mengimbau masyarakat untuk menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan kebiasaan mencuci tangan, menggunakan masker saat merasa sakit, dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mencurigakan.

    “Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama seperti masa COVID-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” tutup Menkes.

    Pemerintah terus memantau perkembangan HMPV di Indonesia dan memastikan langkah-langkah pencegahan serta penanganan dilakukan dengan optimal.

    (ddn/ddn)



    Artikel aslinya

  • Pramugari Bagi Trik Bawa Cairan di Pesawat agar Tidak Tumpah, Unik!

    Pramugari Bagi Trik Bawa Cairan di Pesawat agar Tidak Tumpah, Unik!



    Jakarta

    Maskapai penerbangan biasanya mengizinkan penumpang membawa cairan ke kabin, asal sesuai aturan yang ditetapkan. Aturan juga harus ditempatkan dalam wadah tertentu, agar tidak mengganggu selama perjalanan.

    Pemilihan wadah inilah yang kerap bikin khawatir penumpang. Salah pilih wadah berisiko mengakibatkan cairan tumpah dan menimbulkan ketidaknyamanan. Risiko lain adalah memerlukan banyak tempat, sehingga menyulitkan penumpang.

    Tips Bawa Barang Cair ke Pesawat dari Pramugari

    Pramugari bernama Seymon Kates dari Delta Airlines membagikan cara membawa cairan agar tidak tumpah dan lolos pemeriksaan. Dikutip dari laman New York Post, jenis cairan yang dibawa tentu harus sesuai aturan maskapai.


    “Ambil kantong ASI dan tuang cairan ke dalamnya. Tidak akan tumpah. Kamu bisa mengisinya dengan aneka susu atau berbagai pelengkap makanan (condiment),” kata Seymon dalam postingan TikToknya.

    Dalam videonya, Seymon menuangkan susu almond ke kantong lalu menutupnya dengan rapat. Dia kemudian membalik kantong ASI tersebut dan susu almond di dalamnya tidak tumpah. Unggahan Seymon mengundang reaksi positif dari para warganet.

    Tentunya, pemilihan jenis cairan dan volume kantong ASI yang dipakai harus sesuai aturan maskapai. Aturan Transportation Security (TSA) Administration menyatakan cairan, gel, aerosol boleh dibawa dalam pesawat asal muat dalam wadah berkapasitas tidak lebih dari 3,4 ons.

    Tips ini bisa dimodifikasi penumpang yang ingin membawa makanan kecil selama di perjalanan. Kantong ASI yang digunakan akan menghemat tempat dalam tas berkapasitas 1 liter, yang boleh dibawa saat perjalanan sesuai aturan TSA.

    Peraturan Membawa Cairan ke dalam Pesawat di Indonesia

    Aturan mengenai cairan yang dibawa ke dalam pesawat tertulis dalam peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor skep/43/iii/2007 tanggal 6 Maret 2007 tentang Penanganan Cairan, Aerosol, dan Gel (liquids, aerosols, dan gels) yang Dibawa Penumpang ke Dalam Kabin Pesawat Udara pada Penerbangan Internasional. Berikut peraturan tersebut:

    Cairan, aerosol, dan gel yang dibawa sendiri oleh penumpang sebelum masuk ke dalam bandara harus memenuhi persyaratan:

    1. Kapasitas wadah atau tempat cairan, aerosol, dan gel maksimum 100 ml atau ukuran sejenis
    2. Wadah berisi cairan, aerosol dan gel tersebut dimasukkan ke dalam 1 (satu) kantong plastik transparan ukuran 30 x 40 cm yang disediakan oleh pihak pengelola bandara dan maskapai penerbangan, dengan kapasitas cairan, aerosol dan gel maksimum 1000 ml atau 1 (satu) liter atau ukuran sejenis dan disegel ulang;
    3. Setiap calon penumpang pesawat udara hanya diijinkan membawa maksimum 1 (satu) kantong plastik transparan yang berisi cairan, aerosol dan gel.

    Persyaratan cairan, aerosol, dan gel itu tidak berlaku untuk obat-obatan medis, makanan/ minuman/susu bayi, dan makanan/ minuman penumpang untuk program diet khusus.

    (elk/row)



    Artikel aslinya

  • Pikir-pikir Lagi Liburan ke Kyoto, Pajak Akomodasi Tambah Mahal

    Pikir-pikir Lagi Liburan ke Kyoto, Pajak Akomodasi Tambah Mahal




    Kyoto

    Kyoto berencana menaikkan pajak akomodasi hingga 10.000 yen untuk mengatasi overtourism. Langkah itu diharapkan meningkatkan pendapatan pajak kota.

    Kyoto telah lama bergulat dengan overtourism dan pariwisata massal. Berbagai cara telah dilakukan untuk membuat perubahan, namun tak bisa dipungkiri bahwa jumlah pengunjung terus meningkat.

    Pejabat kota Kyoto berencana untuk menaikkan pajak akomodasi sebagai solusi. Pajak akomodasi yang dikenakan per malam akan dinaikkan hingga 10.000 yen atau Rp 1 jutaan.


    “Perubahan ini diharapkan dapat melipatgandakan pendapatan pajak akomodasi kota menjadi sekitar 12 miliar yen per tahun,” tulis pejabat kota, dikutip dari Asahi Shimbun pada Jumat (10/1/2025).

    Pajak akomodasi pertama kali diterapkan oleh Kyoto pada Oktober 2018, dengan tiga tingkatan berdasarkan tarif kamar.

    Jika turis menginap di fasilitas dengan biaya kurang dari 20.000 yen, maka pajaknya 200 yen; pajak 500 yen dikenakan untuk mereka yang menginap di akomodasi antara 20.000-49.000 yen; dan 1.000 yen untuk biaya penginapan 50.000 yen atau lebih.

    Sementara itu, pajak baru akan diperkenalkan mulai tahun 2026 dengan lima tingkatan.

    Tamu penginap akan akan membayar 200 yen per malam untuk menginap di akomodasi dengan harga di bawah 6.000 yen; 400 yen untuk menginap mulai dari 6.000 yen hingga 19.999 yen; 1.000 yen untuk menginap mulai dari 20.000 yen hingga 49.999 yen; 4.000 yen untuk menginap mulai dari 50.000 yen hingga 99.999 yen; dan 10.000 yen untuk menginap dengan tarif 100.000 yen atau lebih tinggi.

    Menurut Kementerian Dalam Negeri, 11 pemerintah daerah di seluruh negeri, termasuk Prefektur Tokyo dan Osaka, telah memberlakukan pajak akomodasi.

    Namun pajak sebesar 10.000 yen di Kyoto akan menjadi tarif tetap tertinggi di Jepang, tidak termasuk pajak akomodasi yang dihitung sebagai persentase dari harga kamar.

    (bnl/fem)



    Artikel aslinya