Magelang –
Muncul spanduk berisi protes terhadap kebijakan pembatasan wisatawan yang mau naik ke candi Borobudur. Spanduk itu bermunculan di sekitar candi.
Beberapa spanduk berisi desakan untuk merevisi kebijakan tersebut. Spanduk yang bernada protes tersebut dipasang di 12 titik kawasan Borobudur. Salah satunya dipasang di Pertigaan Bu Sum atau dekat dengan pintu 1 Candi Borobudur.
Spanduk itu bertuliskan ‘Mendukung Revisi Perpres 101 TH 2024 Tentang Tata Kelola Kompleks Candi Borobudur’. Kemudian di bawahnya ada tulisan ‘Forum Masyarakat Borobudur Bangkit (FMBB)’.
Berikutnya ada pula spanduk yang dipasang di Brojonalan atau dekat dengan TIC (Tourist Information Center). Di mana spanduk ini bertuliskan ‘Menolak Pembatasan Pengunjung 1.200 Orang Per Hari ke Candi Borobudur. Mendukung Revisi Perpres 101 TH 2024 Tentang Tata Kelola Kompleks Candi Borobudur’. Kemudian ada juga tulisan FMBB.
Perwakilan dari FMBB, Agusta Kalang, mengakui pemasangan spanduk tersebut. Dia menyebut pembatasan itu membuat kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur menurun dan berdampak pada perekonomian warga di sekitar candi.
“Dengan pembatasan jumlah wisata yang naik ke Candi Borobudur (per hari 1.200 orang). Kita kepengen dengan adanya itu (pembatasan) dikembalikan normal seperti dulu biar berputar perekonomian masyarakat sekitar Candi Borobudur,” kata Agusta saat dihubungi wartawan, Jumat (24/1/2025).
Keluhan FMBB, kata Agusta, pertama Peraturan Presiden (Perpres) No 101 tahun 2024 tentang pengelolaan kawasan Borobudur.
“Kita pengen adanya revisi di situ. Karena kita ingin pemerintah memahami duduk permasalahan yang ada di Borobudur,” sambungnya.
“Jadi kita ingin Borobudur itu adalah milik bersama, bukan milik single majority seperti pengelola pada saat ini. Jadi, keberadaan Borobudur adalah suatu hal milik bersama untuk kemakmuran warga Borobudur pada khususnya dan Indonesia pada umumnya,” tegas dia.
Menyinggung perihal pembatasan pengunjung naik ke Candi Borobudur per hari 1.200 orang untuk menjaga kelestarian, kata dia, hal tersebut perlu dikaji lagi.
“Karena Borobudur sudah berdiri berabad-abad yang lalu. Dan itupun kalau memang melindungi dari jumlah pengunjung, bagi saya sangat tidak relevan,” ujarnya.
“Karena Borobudur itu dibangun sudah berabad-abad lalu. Jadi kekuatan strukturnya pun sudah teruji. Jadi pihak yang melakukan studi itu perlu kita teliti bersama-sama secara fair. Karena kita lihat kalau ada penurunan itu seberapa dan efeknya dari apa. Karena kita tahu di sekitar Borobudur banyak sumur-sumur artesis,” katanya.
Dihubungi terpisah, menanggapi pemasangan spanduk tersebut, Direktur Taman Wisata Borobudur (TWB) Mardijono Nugroho mengatakan, perlu adanya dialog apa yang menjadi harapan.
“Dialog yang lebih baik. Nanti dialog dengan pengambil kebijakan, mungkin ada hal yang baru, proses dievaluasi, koordinasi,” katanya.
“Kami memahami, kalau menurut saya coba dilakukan dialog yang lebih bagus, dengan kondusif sehingga memberikan dampak positif kepada kawasan dan kepada masyarakat,” pungkasnya.
——
Artikel ini telah naik di detikJateng.
(wsw/wsw)