Manggarai Barat –
Bupati Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) Edistasius Endi meminta agar penutupan Taman Nasional Komodo tidak tergesa-gesa, karena tidak efektif.
Edi meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk tak tergesa-gesa menerapkan rencana penutupan Taman Nasional (TN) Komodo. Rencana penutupan Taman Nasional Komodo harus dilakukan sosialisasi terlebih dahulu.
“Kami ingin menitipkan pesan kepada Kementerian Pariwisata, Kementerian KLHK. Besar harapan kami agar jangan diberlakukan secara serentak. Kita mengedepankan yang namanya untuk bersosialisasi,” kata Edi Endi dalam sambutannya saat menyambut penerbangan internasional pertama Airasia dari Malaysia ke Labuan Bajo di Bandara Internasional Komodo, Selasa (3/9/2024). Hadir pada kesempatan itu perwakilan Kemenparekraf.
Kalaupun nanti harus dilakukan penutupan Taman Nasional Komodo, Edi Endi minta penutupan itu dilakukan secara bertahap. Penerapan secara bertahap ini agar penutupan Taman Nasional Komodo itu tidak mematikan pariwisata Labuan Bajo.
“Kalaupun itu dilaksanakan, lagi-lagi kami berharap itu dilakukan secara bertahap. Karena kalau diibaratka mobil direm serentak maka sama dengan mematikan kepariwisataan di Labuan Bajo,” katanya.
Pelaku wisata di Labuan Bajo, Servasius Irwan Budi Setiawan, menilai rencana penutupan sementara Taman Nasional Komodo tidak efektif untuk mengurangi beban kawasan tersebut dari tingginya kunjungan wisatawan. Anggota Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD NTT ini mendorong pembatasan kunjungan wisatawan dengan cara menaikkan tarif masuk ke TN Komodo.
“Menurut saya tidak perlu (penutupan sementara). Dampaknya tidak akan signifikan. Yang perlu dilakukan menurut saya adalah mengurangi jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo (dengan menaikkan tiket). Kenaikan tiket dilakukan secara bertahap, tidak langsung bombastis,” kata Ervis, sapaan Servasius Irwan Budi Setiawan, Selasa.
Alumni International Visitor Leadership Program (IVLP) USA di bidang Sustainable Tourism ini mengatakan praktik menaikkan tiket masuk destinasi wisata sudah mulai diterapkan di luar negeri. Contoh terbaru, sebut dia, di Galapagos, Ekuador yang menaikkan tiket masuk dari USD 100 ke USD 200.
Alasan utama menaikan tiket di sana adalah untuk mengurangi jumlah wisatawan dan meningkatan pendapatan yang digunakan untuk membiayai biaya keberlanjutan Pulau Galapagos.
Hal serupa, kata dia, bisa diterapkan di Taman Nasional Komodo. Ervis menjelaskan daya tarik utama Labuan Bajo dan Galapagos itu sama, yakni mengandalkan daya tarik wisata alam (keragaman hayati).
****
Baca berita selengkapnya di sini.
(bnl/bnl)