Jakarta, Insertlive –
Media sosial belakangan dihebohkan dengan kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita yang merupakan dokter magang di India berusia 31 tahun.
Berdasarkan sejumlah laporan media lokal India yang dikutip dari CNN Indonesia, kronologi peristiwa tragis yang menimpa dokter magang ini terjadi pada 9 Agustus lalu.
Sang dokter magang saat itu baru saja selesai bekerja selama 36 jam non-stop di RG Kar Medical Collage and Hospital, Kolkata, Benggala Barat, India.
Keesokan harinya, dokter magang ini ditemukan tak bernyawa dengan kondisi beberapa bagian tubuh berlumuran darah, seperti area mata, mulut, dan alat vital.
Sejumlah luka juga ditemukan di tubuh sang dokter, termasuk di kaki kiri, leher, tangan kanan, serta jari manis.
Tak sampai di situ, menurut laporan polisi, terdapat 150 ml sperma di tubuh korban. Temuan ini pun memunculkan dugaan bahwa korban diperkosa oleh lebih dari satu orang.
Orang tua korban sendiri percaya bahwa mendiang anaknya telah diperkosa oleh setidaknya tiga orang. Dugaan ini mengacu penelitian yang menyebut satu orang pria umumnya mengeluarkan 2-5 mililiter sperma setiap ejakulasi.
Investigasi awal yang dilakukan polisi pun menunjukkan bahwa terduga pelaku pemerkosaan dan pembunuhan ialah Sanjay Roy, seorang pria 33 tahun yang bergabung dengan kepolisian sebagai relawan sipil pada 2019.
Sanjay Roy dikenal kat dengan sejumlah perwira polisi senior selama bertahun-tahun. Kedekatannya dengan para perwira senior itu diduga membuatnya dipindahkan ke Dewan Kesejahteraan Polisi Kolkata dan ditempatkan di pos polisi di RG Kar Medical College and Hospital.
Biro Investigasi Pusat (Central Bureau of Investigation/CBI) India menangkap Sanjay Roy pada Sabtu (17/8). Sanjay Roy kemudian bakal menjalani analisa psikologis oleh tim dari Laboratorium Pusat Ilmu Forensik Central Forensic Science Laboratory (CFSL).
Selain Sanjay Roy, CBI juga telah memeriksa mantan kepala RG Kar Medical College and Hospital, Sandip Gosh. Total sudah 20 orang diperiksa atas kasus ini.
Practicing doctors and medical staff display placards as they take part in a protest against the incident of rape and murder of a young medic in Kolkata, during a demonstration held at a government hospital in New Delhi on August 12, 2024. (AFP)/ Foto: AFP
|
Sementara itu, asosiasi dokter di India menggelar demonstrasi dan mogok kerja besar-besaran gegara kasus pembunuhan dan pemerkosaan ini.
Selama sepekan terakhir, mereka gencar menuntut pemerintah untuk melakukan perubahan signifikan untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Masyarakat India, khususnya perempuan, juga melakukan demonstrasi kepada pemerintah yang dinilai lalai dalam melindungi kaum perempuan.
Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi pada 2012 kepada seorang mahasiswi 23 tahun. Ia menjadi korban perkosaan masal dan pembunuhan di bus saat menuju New Delhi.
Usai insiden 2012, India merombak sistem peradilan pidana dengan memberikan hukuman yang lebih berat kepada pelaku pemerkosaan dan kekerasan terhadap perempuan.
Namun, revisi hukum tersebut tidak memberikan dampak besar. Kekerasan terhadap perempuan tetap merajalela nyaris di seluruh India.
Menurut Biro Catatan Kejahatan Nasional, ada 31.516 kasus pemerkosaan dilaporkan pada 2022. Jumlah ini meningkat 20 persen dari tahun 2021.
(dia/arm)