Jakarta –
Ziarah kali ini tujuannya adalah Habib Ali Kwitang. Berbekal Google Maps, kami menelusuri jalanan Jakarta malam.
Sesampainya di sana, kami langsung mengambil wudhu, kami baru pulang selepas subuh. Makamnya terletak di Masjid Al Riyadh di Jalan Kembang VI, Nomor 4A RT 01 RW 02, Kwitang, Jakarta Pusat. Tepatnya berada di ruangan sebelah kiri masjid.
Di dalam ruangan yang seluruhnya bercat putih, ada empat makam yang dihiasi dengan marmer. Berbeda dengan makam pada umumnya, nama-nama para mendiang tertulis di bagian belakang nisannya.
Makam tersebut adalah tempat persemayaman Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, yang lebih dikenal sebagai Habib Ali Kwitang. Di lokasi ini juga dimakamkan putra Habib Ali, yaitu Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi, beserta menantunya, Syarifah Ni’mah, dan cucunya, Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al Habsyi.
Habib Ali Kwitang, lahir di Jakarta pada 20 April 1870 dan wafat di Jakarta pada 13 Oktober 1968. Ia seorang pendakwah terkenal.
Untuk menyebarkan ajaran Islam, beliau mendirikan Majelis Taklim Kwitang yang menjadi awal mula bagi berdirinya organisasi-organisasi Islam lain di Jakarta. Majelis Taklim Kwitang mengajarkan ajaran Islam berdasarkan tauhid, kemurnian iman, solidaritas sosial, dan nilai-nilai luhur akhlakul karimah.
Dalam kegiatan dakwahnya, Habib Ali Kwitang menganjurkan masyarakat untuk senantiasa melatih kebersihan jiwa melalui tasawuf. Beliau tidak pernah mengajarkan kebencian, hasad, dengki, gibah, atau fitnah.
Sebaliknya, beliau mempromosikan tradisi ahlul bait yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan menghormati hak setiap individu tanpa memandang status sosial. Habib Ali Kwitang memiliki peran penting menjelang kemerdekaan Indonesia.
Para proklamator, Bung Karno dan Hatta, menjadikannya sebagai penasihat, tempat meminta petuah, dan doa dalam perjuangan menuju kemerdekaan.
Sebelum memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno terlebih dahulu menemui Habib Ali Kwitang untuk meminta saran mengenai tanggal dan waktu yang tepat untuk pembacaan proklamasi.
Setelah bermunajat kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Habib Ali Kwitang menyarankan agar proklamasi dilakukan pada 17 Agustus 1945, yang juga bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H.
(msl/msl)