TEMPO.CO, Jakarta – Baru-baru ini muncul kabar viral sebanyak 47 orang telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, Kalimantan Selatan, karena diduga mengalami mabuk buah kecubung, dua di antaranya meninggal dunia. Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) mengatakan kecubung sudah tidak digunakan lagi sebagai obat tradisional karena efek sampingnya yang berbahaya.
“Sekarang ini kecubung tidak dianjurkan lagi sebagai obat tradisional dan digolongkan sebagai tanaman beracun,” kata Ketua PDPOTJI Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, Senin, 15 Juli 2024.
Menanggapi kasus mabuk kecubung yang terjadi di Kalimantan Selatan, Inggrid menuturkan sebelumnya beberapa bagian tanaman kecubung memang biasa digunakan sebagai obat tradisional untuk kehidupan sehari-hari. Tanaman yang memiliki bentuk seperti terompet itu dulu banyak digunakan sebagai obat untuk menambah stamina dan meredakan nyeri pada bagian tubuh tertentu. Contohnya penggunaan daun kecubung yang diremas kemudian ditempelkan di atas kulit yang ototnya mengalami pegal linu.
Daun kecubung yang telah diremas itu juga bisa ditempelkan ke dahi untuk meredakan sakit kepala. Sayangnya, tidak semua orang bisa tahan efek samping kecubung yang dapat menimbulkan halusinasi, meningkatkan gairah seksual secara tiba-tiba, gangguan denyut jantung, sampai mengalami kematian.
“Efek dan durasinya itu bisa berbeda-beda pada setiap orang. Jadi walaupun tidak diminum dan hanya ditempel, pada beberapa orang bisa menimbulkan psikoaktif. Ini yang berbahaya,” ucap Inggrid.
Iklan
Hanya jadi tanaman hias
Ia juga menjelaskan hal tersebut membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang peredarannya. Kini, kecubung hanya dapat ditemukan di area sekitar hutan. Kalau pun ditanam, penggunaannya hanya sebatas tanaman hias karena tumbuhan itu memiliki warna bunga yang indah seperti putih atau ungu. Ia pun mengimbau masyarakat tidak sekali-kali mengonsumsi kecubung, bahkan sampai membuat oplosan dari buah tanaman tersebut, agar tidak mengalami efek zat skopolamin yang terkandung di dalamnya.
Sementara kepada pemerintah, ia mengharap agar pihak yang berwenang segera melakukan kajian mendalam dan membuat regulasi khusus pada kecubung karena kasus yang ditemukan baru-baru ini telah memakan korban jiwa. Misalnya, membatasi penanaman kecubung untuk meminimalisasi jumlah orang yang mengonsumsinya dan menderita keracunan.
“Kemudian bagi yang sudah tahu informasi soal kecubung, mohon bantu mengedukasi atau memberikan informasi kepada keluarga dan teman agar tidak coba-coba,” pesannya.
Pilihan Editor: Ini Alasan Buah Kecubung Sebabkan Efek Halusinasi