Jakarta –
Pesinetron Tsania Marwa sudah sekitar 7 tahun tak bisa bertemu dengan anak-anaknya. Tsania mengaku ada ketakutan anak-anak melupakan dirinya.
Salah satu cara yang ia lakukan adalah dengan menyempatkan diri untuk datang ke sekolah anak-anaknya. Itu dia lakukan agar kedua buah hatinya tetap melihat dirinya selalu ada untuk mereka.
“Salah satu cara supaya anak nggak lupa sama aku, dengan datang ke sekolah. Ada perang batinnya, ke tempat yang hitungan menit, tapi aku bela-belain karena aku juga takut anakku lupa,” kata Tsania Marwa saat ditemui di Studio Trans7, Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2024).
Mantan istri Atalarik Syach itu menyadari seiring pertumbuhan anak-anaknya, mereka akan memasuki fase kritis. Pasti akan ada momen di mana mereka mulai membandingkan situasi yang ada.
“Mereka mulai bisa membandingkan karena semakin besar, anak itu akan masuk ke fase lebih kritis, mempertanyakan semua, justru itu yang aku harapkan,” tutur Tsania Marwa.
Dengan anak-anak yang semakin dewasa, bintang sinetron Putri yang Ditukar itu berharap mereka dapat memahami situasi yang sebenarnya. Tsania Marwa berharap anak-anaknya bisa menghargai upaya yang telah ia lakukan.
“Aku harap itu bisa menjadi penilaian dan satu sisi mereka yang nggak dapat, karena cuma dapat dari bapaknya. Jadi, dengan mereka makin besar, mereka bisa mengerti,” terang Tsania Marwa.
Meski ia tidak dapat sepenuhnya mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hati anak-anaknya, pesinetron berusia 33 tahun itu terus berdoa agar suatu hari mereka mengerti bahwa ia tidak pernah meninggalkan mereka.
“Aku nggak bisa merasa tahu isi pikiran dan hati mereka jadi aku mendoakan aja lah supaya mereka bisa mengerti keadaannya dan poinnya adalah aku nggak pernah meninggalkan mereka. Poin yang aku harap suatu hari mereka ngerti,” harapnya.
Sebagai informasi, Tsania Marwa mendapatkan hak asuh anak setelah cerai dengan Atalarik Syach di Pengadilan Agama Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 2017. Meski mendapatkan hak asuh, Tsania Marwa justru dipisahkan dan tidak bisa tinggal bersama anak-anaknya.
(ahs/pus)