Jakarta, Insertlive –
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjadi sorotan setelah Paskibraka Nasional 2024 perempuan yang beragama Islam dan berjilbab diminta untuk melepasnya ketika proses pengukuhan pada Selasa (13/8).
BPIP sebagai penanggung jawab Paskibraka Nasional dibanjiri kritikan publik, terutama dari ormas keagamaan Islam.
Yudian Wahyudi mengklarifikasi bahwa memang ada aturan melepas jilbab saat pengukuhan dan pengibaran, namun di luar itu tidak ada larangan sama sekali.
“Di luar acara Pengukuhan Paskibraka dan Pengibaran Sang Merah Putih pada Upacara Kenegaraan, Paskibraka putri memiliki kebebasan penggunaan jilbab dan BPIP menghormati hak kebebasan penggunaan jilbab tersebut,” kata Yudian dikutip dari CNN Indonesia, Kamis (15/8).
Bukan kali ini saja Yudian Wahyudi mendapat kritikan dari warganet. Keputusan atau pernyataannya beberapa kali sempat menjadi sorotan.
Apa saja? Berikut rangkuman kontroversi Yudian Wahyudi:
1. Larang Penggunaan Cadar di Kampus
Yudian Wahyudi menuai sorotan saat menjabat sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada 2018 lalu. Saat itu, Yudian membuat kebijakan pelarangan penggunaan cadar bagi mahasiswinya.
Larangan yang mulai berlaku pada Februari 2018 itu sontak mendapat protes dari banyak pihak. Yudian menjelaskan, kampus UIN telah membentuk tim konseling atau pendampingan bagi mahasiswi yang menggunakan cadar. Mereka akan dibina dalam tujuh tahapan.
Lantaran mendapat banyak protes dan kritik, pihak kampus pun akhirnya mencabut larangan penggunaan cadar pada 10 Maret 2018.
2. Sebut Agama Musuh Pancasila
Yudian Wahyudi kembali menuai kontroversi pada 2020 lalu saat baru dilantik menjadi Kepala BPIP. Kala itu, ia memberikan pernyataan yang membenturkan agama dan Pancasila.
Yudian menyebut ada kelompok yang merasuki agama sesuai kepentingannya sendiri yang nilainya tidak selaras dengan Pancasila.
“Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan,” kata Yudian saat itu.
Pernyataan Yudian kemudian memicu kritik dari masyarakat. Di lini masa X (saat itu Twitter), warganet meramaikan perbincangan soal Pancasila dan mempopulerkan tagar #BubarkanBPIP.
Imbas dari kejadian itu, Yudian memilih berhenti menyampaikan pernyataan kepada media massa selama kurang lebih setahun. Ia pun menunjuk seorang juru bicara sebagai gantinya.
Yudian Wahyudi lagi-lagi membuat kontroversi melalui kepemimpinannya di BPIP. Pada 2021 lalu, BPIP mengadakan lomba penulisan artikel dengan mengangkat dua tema yakni Hormat Bendera Menurut Hukum Islam dan Menyanyikan Lagu Kebangsaan Menurut Hukum Islam.
BPIP menggelar lomba ini dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2021.
“Sekarang ini dalam rangka bulan santri, maka bulan santri tema-temanya disesuaikan dengan tema-tema Hari Santri. Ini juga kan bikin lomba yang sama untuk hari besar keagamaan. Bersifat universal,” kata Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Benny saat itu.
Lomba ini memicu polemik dari berbagai kalangan. Kritikan pedas disampaikan ulama asal Sumatera Barat Anwar Abbas. Sang dai justru menyarankan agar BPIP dibubarkan.
Dia menilai Lembaga pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tidak memiliki kepekaan sosial di tengah pandemi COVID-19.
4. Gunakan TikTok untuk Sosialisasi Pancasila
Yudian Wahyudi juga sempat membuat rencana untuk menggunakan sejumlah platform media sosial (medsos) sebagai wadah sosialisasi Pancasila ke generasi muda.
“Alatnya itu maksud saya ada YouTube, ada Blogger, ada pokoknya medsos yang sekarang digital lah. Digital mode ini kita pakai, sehingga nanti akan ada, ya termasuk TikTok segala macam itu,” kata Yudian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi II di Kompleks Parlemen.
Cibiran dari berbagai pihak pun datang untuk rencana tersebut. Yudian menerangkan langkah itu diambil untuk menjawab permintaan Presiden Joko Widodo yang ingin BPIP fokus kepada generasi milenial.
(dia/fik)