Teahupo’o –
Jauh dari hiruk-pikuk Kota Paris, Teahupo’o menjadi lokasi tanding yang mematikan di Olimpiade Paris 2024. Para peselancar harus banyak-banyak berdoa di sini.
Dilansir dari NBCNews pada Jumat (2/8), Teahupo’o berlokasi di lepas pantai Tahiti, selatan Samudera Pasifik. Selama bertahun-tahun, ombak di Teahupo’o dianggap sebagai yang terberat di dunia.
Sebelumnya ombak Teahupo’o dianggap sangat berbahaya alias tidak dapat diatasi, saking mematikannya. Pada tahun 2000, peselancar Tahiti Brice Taerea menderita cedera leher dan tulang belakang yang akhirnya membunuhnya.
Tak heran, kawasan ini diberi nama Teahupo’o yang artinya ‘tempat tengkorak’.
“Bahkan tidak terpikirkan untuk dapat berselancar di sana. Pada akhir tahun 80-an, awal tahun 90-an, semua orang seperti, ‘Bisakah kita benar-benar melakukan ini?'” kata Joe Turpel, komentator selancar Olimpiade NBC.
Babak berikutnya dari kompetisi selancar Olimpiade pada hari Selasa harus ditunda karena hujan lebat dan angin kencang untuk hari kedua berturut-turut.
“Setelah lebih dari empat jam kondisi ideal di Teahupo’o, angin mulai bertiup ke daratan dan hujan turun menyamping, mengubah ombak yang sudah berbahaya menjadi sesuatu yang jauh lebih buruk dan sama sekali tidak dapat ditandingi,” demikian bunyi pernyataan resmi Olimpiade untuk selancar.
Hanya empat hari dari rentang waktu 10 hari yang akan dialokasikan untuk kompetisi. Prakiraan meramalkan cuaca baik di awal rentang waktu kompetisi dengan kondisi selancar yang berangin di kemudian hari. Beruntung, situasi sesuai dengan ramalan.
Ombak Teahupo’o hanyalah salah satu alasan mengapa ombak ini ‘bukan ombak untuk orang yang penakut’, sebagaimana situs web Paris 2024 menyebutnya. Garis pantai pulau ini juga dibatasi oleh terumbu karang yang tajam dan dangkal yang bisa tiba-tiba turun ke laut.
Hasilnya, perolehan skor pada kompetisi selancar Olimpiade tahun ini tidak akan bergantung pada trik yang biasa dilakukan peselancar di ombak lain. Para peselancar mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa ini hanya tentang komitmen terhadap ombak.
“Ini bukan saatnya untuk berkata, ‘Ya Tuhan…saya tidak tahu apakah ini akan berhasil untuk saya,'” kata Jessi Miley-Dyer, peselancar profesional dan komisioner World Surf League, kepada Journal.
“Anda harus mendayung ke dalamnya, lalu menundukkan kepala dan berkata, ‘Oke, saya akan melakukannya, dan ini akan menjadi perjalanan terbaik dalam hidup saya.'”
Ombak Teahupo’o memang menimbulkan tantangan berat bagi para peselancar yang berbondong-bondong ke desa Tahiti, namun penduduk Teahupo’o telah menghadapi ancaman lain yaitu bahaya lingkungan selama beberapa dekade.
Di seluruh Polinesia Prancis, 200 uji coba nuklir dilakukan oleh ilmuwan Prancis dari tahun 1966 hingga 1996, menurut laporan The New York Times. Pada tahun 1974, awan radioaktif dari uji coba senjata nuklir Prancis melayang di atas Teahupo’o, sehingga penduduk desa terpapar radiasi yang menyebabkan kanker.
“Saya senang kita memiliki cabang selancar Olimpiade, dan saya bangga bahwa semua orang di dunia akan mengenal Teahupo’o,” kata Wali Kota Roniu Tupana Poareu dari Teahupo’o kepada Times.
“Namun terkadang, ketika saya melihat penderitaan keluarga saya, saya membenci Prancis.”
(bnl/wsw)