Penulis: admin

Jakarta, Insertlive –

Video pesepakbola Lionel Messi yang menerima ‘lamaran’ dari seorang nenek di Piala Dunia Antarklub 2025 menyorot perhatian publik.

Momen yang terekam kamera tersebut awalnya memperlihatkan Lionel Messi tengah melakukan pemanasan di Stadion Hard Rock.

Messi kala itu melakukan pemanasan ketika menjelang laga antara Inter Miami melawan Palmeiras pada Selasa (24/6).

Tiba-tiba, kamera menangkap seorang nenek membawa spanduk unik di tribun penonton. Spanduk tersebut tertulis ‘Messi maukah kamu menikah denganku?’.

Pesan lucu tersebut menjadi viral di mana Messi memberikan senyuman lebar ke arah sang nenek sambil mengangkat jempol tangannya seolah menerima lamaran sang nenek.

Diketahui, nenek tersebut bernama Ross Smith yang kerap membuat konten video. Ia mengunggah momen melamar Messi tersebut melalui unggahan Instagramnya. 

“He said yes,” tulis Ross Smith.

Warganet sendiri ramai memberikan komentar atas kejadian unik tersebut.

“Lucu sekali nenek ini melamar langsung Messi,” komentar warganet.

“Momen langka Messi menerima lamaran penggemar,” kata warganet lainnya.

(dis/fik)

Jakarta, Insertlive –

Publik tengah digegerkan dengan skandal Uncle Red, pria asal China yang menyamar menjadi wanita untuk mengelabui ribuan lelaki. Aksi menyamarnya itu dilakukan untuk merayu serta menjebak para korbannya demi memuaskan nafsunya yang memiliki kelainan seksual.

Pria asal Kota Nanjing, Tiongkok Timur itu bahkan juga merekam aksinya dalam berhubungan seksual dengan sesama jenis dengan kamera tersembunyi. Video tersebut juga disebar oleh pria yang diketahui bermarga Jiao itu ke grup daring yang dibuatnya.

Dilaporkan, Jiao menipu para korbannya dengan berias layaknya wanita dengan mengenakan make up tebal serta wig dan rok panjang. Bahkan, Jiao juga menirukan suara wanita agar para korbannya terayu dan bisa masuk ke dalam jebakannya.

Setelah berhasil mendapatkan hati korbannya, ia pun mengundang mereka untuk datang ke rumahnya. Namun, tak sedikit pria yang menjadi korbannya sadar bahwa Jiao adalah seorang laki-laki yang menyamar menjadi wanita.

Sayangnya, meski sudah mengetahui kenyataan, tetap saja para korban tersebut terbuai dengan rayuan Jiao untuk melakukan hubungan seksual sesama jenis.

Namun, Jiao tidak pernah menaruh tarif kepada para korbannya. Ia hanya meminta para korban untuk membawakan bingkisan kecil saat menemuinya di kediamannya.

Diberitakan, Jiao bisa meraup keuntungan dari biaya keanggotaan grup daring yang dibuatnya sebesar 150 yuan atau setara dengan Rp342.000 per orang, untuk bisa melihat video syurnya bersama pria-pria yang menjadi korbannya.

Disebutkan juga, beberapa korban akhirnya mengenali diri mereka sendiri dari video yang tersebar. Bahkan, ada pula teman atau pun keluarga yang mengetahui identitas korban dari gambar yang menampilkan wajah mereka tersebar di media sosial.

Sontak saja kejadian itu menimbulkan kekhawatiran publik terkait penyebaran penyakit menular seksual. Terlebih lagi, para wanita yang turut menjadi korban akibat pasangan mereka pernah melakukan hubungan seksual dengan Uncle Red.

Bagaimana tidak, pria yang dijuluki Uncle Red itu dikabarkan telah melakukan hubungan seksual sesama jenis dengan ribuan lelaki. Namun, hingga saat ini belum ada laporan mengenai korban yang terindikasi mengidap HIV usai melakukan hubungan intim dengan Uncle Red.

Meski, hubungan sesama jenis di China bukan tindakan ilegal, tapi penyebaran gambar seksual dapat dihukum sesuai undang-undang yang berlaku. Berdasarkan hukum di China, penyebaran video asusila dapat ditindak secara hukum pidana dengan hukuman penjara selama dua tahun penjara. Selain itu, seseorang yang melakukan hubungan intim tanpa menggunakan pengaman dengan banyak orang, padahal ia mengetahui menderita penyakit menular, dapat dipenjara selama 3 hingga 10 tahun.

Dikabarkan saat ini Jiao telah ditangkap oleh kepolisian Nanjing, Provinsi Jiangsu pada 5 Juli 2025 lalu. Ia ditangkap karena telah menyebarkan konten asusila.

(kpr/kpr)

Jakarta, Insertlive –

Thailand tengah terguncang hebat usai sebuah skandal seks mengejutkan menyeret sembilan biksu senior, termasuk kepala kuil, yang kini resmi dilucuti jubahnya.

Polisi menahan seorang perempuan bernama Wilawan Emsawat, yang diduga sebagai otak di balik peristiwa memalukan ini.

Perempuan berusia 30 tahun itu ditangkap pada Selasa (15/7) di rumahnya di Provinsi Nonthaburi, wilayah yang terletak di utara Bangkok.

Menurut laporan Euro News, Wilawan tidak hanya melakukan hubungan seksual dengan sejumlah biksu, tetapi juga diam-diam merekam adegan intim tersebut untuk kemudian digunakan sebagai alat pemerasan.

Hasil penyelidikan Kepolisian Kerajaan Thailand menunjukkan bahwa Wilawan telah menjebak setidaknya sembilan biksu selama tiga tahun terakhir.

Uang hasil pemerasan diperkirakan mencapai 385 juta baht atau sekitar Rp195 miliar.

Kini, ia dijerat dengan beberapa pasal berat, termasuk pemerasan, pencucian uang, serta penerimaan barang hasil kejahatan.

Skandal ini menjadi salah satu yang paling besar dan memalukan dalam sejarah institusi keagamaan Buddha di Thailand.

Pasalnya, biksu yang terlibat dalam skandal seks ini adalah anggota senior dari kuil-kuil ternama.

Biro Investigasi Pusat menyatakan bahwa kesembilan biksu, termasuk kepala kuil, telah diberhentikan dari kehidupan kebiksuan.

Pakaian suci mereka dilucuti, dan mereka dikeluarkan dari kuil tempat mereka mengabdi.

Skandal ini juga membongkar praktik manipulasi donasi di beberapa kuil besar, yang selama ini diselubungi kesan kehidupan suci dan asketis.

Masyarakat mulai mempertanyakan kemana dana sumbangan umat selama ini digunakan.

Penyelidikan bermula bulan lalu, ketika seorang kepala kuil ternama di Bangkok tiba-tiba menghilang dari biara tanpa penjelasan.

Setelah diselidiki, ternyata ia menjadi salah satu korban pemerasan Wilawan dan memilih mundur dari kehidupan kebiksuan karena rasa malu.

“Kasus ini menunjukkan adanya penyimpangan besar dalam institusi keagamaan yang selama ini sangat dihormati,” ujar Jaroonkiat Pankaew, Wakil Komisaris Biro Investigasi Pusat.

“Ini bukan sekadar skandal seks, tapi juga persoalan moral, kepercayaan publik, dan penyalahgunaan kekuasaan religius,” sambungnya.

Thailand memang kerap diguncang kasus yang melibatkan biksu, namun umumnya hanya menyentuh level individu.

Kali ini, keterlibatan biksu-biksu senior dan kepala kuil membuat publik terguncang.

Skandal ini telah memicu kemarahan dan keprihatinan dari umat Buddha di Thailand dan seluruh dunia.

Para pemimpin keagamaan pun mulai mendesak adanya reformasi menyeluruh terhadap pengelolaan kuil, donasi, dan disiplin monastik.

(ikh/agn)