Penulis: admin

  • Ikut Naik Kapal El Rumi dan Syifa Hadju, Ina Thomas: Cus Lamar : Okezone Celebrity

    Ikut Naik Kapal El Rumi dan Syifa Hadju, Ina Thomas: Cus Lamar : Okezone Celebrity


    Ikut {Naik Kapal} El Rumi dan Syifa Hadju, Ina Thomas: Cus Lamar (Foto: Instagram/inathomas)

    JAKARTA – Hubungan El Rumi dan Syifa Hadju banyak mendapatkan restu dari segelintir orang. Tak terkecuali sahabat-sahabat dari ibunda El, Maia Estianty.

    Melalui kolom komentar, Ina Thomas, yang merupakan sahabat Maia, mulai ikut angkat bicara soal hubungan asmara El dan Syifa. Bahkan dia juga mengatakan bahwa tante-tante El yang merupakan anggota geng Maia bernama Geng Suroboyo, sangat mendukung hubungan tersebut. Atau dalam istilah gaul saat ini, ikut naik kapal El dan Syifa.

    Menariknya, Ina sampai meminta agar keluarga Maia segera melamar Syifa Hadju untuk dijadikan pendamping El Rumi.

    Ikut {Naik Kapal} El Rumi dan Syifa Hadju, Ina Thomas: Cus Lamar (Foto: Instagram/inathomas)

    “Sabar cari calon pasar dapatnya yang cantik dan kalem yooo. Senengnyaaaaa sampai ke tante-tante gank Suroboyo. Cus lamar jangan lama-lama,”

    Melihat komentar istri Jeremy Thomas di unggahan Maia Estianty, netizen pun ikut senang. Bahkan banyak yang meminta agar Ina Thomas bisa segera mendorong keluarga El untuk segera melamar Syifa Hadju, lantaran tak sabar ingin kondangan online.

    “@inathomas tante naik kapal ini juga kah,” kata sitinurha***.

    “@inathomas hahaa tante juga ikut kapal ini toh? Satu kapal kita tan,” sambung reska***.

     

    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Selebriticlub hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya



    Artikel Aslinya

  • Suami Kimberly Ryder Bantah Tuduhan Penggelapan Mobil BMW

    Suami Kimberly Ryder Bantah Tuduhan Penggelapan Mobil BMW



    Suami Kimberly Ryder Bantah Tuduhan Penggelapan Mobil BMW



    Artikel aslinya

  • Angie Ang Kepengin Nikah, Hilal Jodohnya Belum Terlihat

    Angie Ang Kepengin Nikah, Hilal Jodohnya Belum Terlihat




    Jakarta

    Presenter Angie Ang sudah berusia 31 tahun. Host Bikin Laper Trans TV itu tak menampik kepengin sekali menikah.

    Akan tetapi, Angie selalu menemui kendala soal pasangan. Makanya ia merasa hilal jodohnya belum terlihat.

    “Kalau kepengin, pastilah pengin punya keluarga. Tapi jodohnya memang belum datang. Belum terlihat hilalnya,” ujarnya di studio Pagi Pagi Ambyar Trans TV, Jakarta Selatan, kemarin.


    Bintang film Susah Sinyal itu mengaku merasa agak iri tiap melihat teman menikah. Bahkan ia sampai mempertanyakan kebahagiaan dalam hidupnya.

    “Kalau ngelihat teman di pelaminan kayaknya mereka bahagia banget ya. Sampai aku mempertanyakan aku sudah bahagia belum ya. Tapi kita bahagia nggak harus berdua, kalau seandainya aku merasa bahagia sendiri, jadi kalau berdua harus lebih bahagia,” tuturnya.

    Angie Ang ditanya soal trauma datang ke pernikahan. Ia menepis hal itu dan justru memang tak mau kondangan karena selalu mewek.

    “Aku terakhir datang ke pernikahan itu tahun 2018 itu sahabat aku, sampai aku datang lagi ke nikahan produser Bikin Laper, jadi terhempaskan itu trauma-trauma datang ke nikahan,” katanya.

    “Nggak trauma, cuma aku nggak mau merusak kebahagiaannya pengantin dengan kok ada tamunya yang mewek-mewek terus sih,” sambungnya.

    Angie tak menampik suka menyita perhatian orang karena tak kuasa menahan haru tiap datang pernikahan. Oleh karena itu, ia sempat memutuskan untuk tak datang dulu agar tak mengganggu acara.

    “Aku cuma nggak bisa handle rasa bahagianya manten, jadi akunya yang nangis bombay, aku yang lebih excited gitu. Tahun ini dua-duanya aku nangis terus pas ke nikahan. Tamu-tamu ngelihat aku bingung,” pungkasnya.

    (mau/pus)



    Artikel aslinya

  • Bantahan-bantahan Yudha pada Sidang Lanjutan Pembunuhan Dante

    Bantahan-bantahan Yudha pada Sidang Lanjutan Pembunuhan Dante



    Bantahan-bantahan Yudha pada Sidang Lanjutan Pembunuhan Dante



    Artikel aslinya

  • Kini Dilarang Berfoto, Ini Penampakan Rumah Milea Bandung

    Kini Dilarang Berfoto, Ini Penampakan Rumah Milea Bandung



    Jakarta, Insertlive

    Rumah Milea di Bandung sempat menjadi salah satu destinasi yang banyak dicari wisatawan maupun warga lokal. Masyarakat ingin melihat langsung penampakan rumah yang menjadi lokasi syuting film Dilan 1990 pada 2018 lalu.

    Selain melihat langsung, banyak orang yang mengabadikannya dengan berfoto hingga membuat konten di lokasi tersebut. Tak heran kehadiran Rumah Milea menjadi viral dan banyak didatangi pengunjung.

    Namun kini, sudah tidak lagi diperbolehkan untuk mengambil foto di lokasi tersebut. Terpasang sebuah spanduk kuning besar yang bertuliskan ‘DILARANG BERPHOTO DI DEPAN RUMAH INI !’


    Pemilik Rumah Milea, Tin dan Penny, mengaku terganggu dengan kehadiran orang-orang di rumahnya. Mereka terganggu lantaran kendaraan pengunjung yang kerap menghalangi jalan. Selain itu Rumah Milea juga dijadikan lahan mencari uang bagi para pedagang.




    Kini Dilarang Berfoto, Ini Penampakan Rumah Milea BandungKini Dilarang Berfoto, Ini Penampakan Rumah Milea Bandung/ Foto: Twitter

    “Ya saya awalnya silakan saja kalau ada yang sering berfoto. Tapi lama-lama warga sekitar itu terganggu, jadi semakin ramai yang datang. Terus menghalangi jalan, banyak mobil, lama-lama juga jadi banyak yang jualan di sini, padahal kan nggak boleh,” papar Tin melansir detikcom.

    Belum lagi para pengunjung yang kerap nongkrong dan berisik. Tin dan Penny serta warga sekitar pun terganggu dengan kebisingan yang dibuat para pengunjung.

    “Ya sebetulnya saya tidak terganggu. Tapi memang banyak anak muda yang suka lewat, teriak-teriak ‘Milea!! Milea!!’, terus juga kalau banyak yang jajan itu jadi bikin banyak sampah berserakan juga,” sambungnya.

    Rumah Milea itu terletak di daerah Malabar, Lengkong, Kota Bandung. Rumah itu termasuk ke dalam Bangunan Cagar Budaya Golongan B yang sudah berdiri sejak 1917 silam.

    (agn/dis)




    Tonton juga video berikut:






    Artikel aslinya

  • Farrel Hilal Jelaskan Proses Kreatif dan Makna Lagu Take It Slow yang Baru Dirilis

    Farrel Hilal Jelaskan Proses Kreatif dan Makna Lagu Take It Slow yang Baru Dirilis


    SelebritiClub.com, Jakarta – Penyanyi Farrel Hilal baru saja merilis single terbaru berjudul “Take It Slow”. Lagu yang dirilis bersama Sony Music Entertainment Indonesia itu terilhami dari kebiasaan Farrel berkendara bersama sang kekasih di malam hari.

    Farrel menceritakan makna di balik lagu “Take It Slow”, yang resmi dirilis sejak 2 Agustus 2024. Menurutnya, lagu ini memiliki pesan yang sangat berkaitan dan mendalam.

    “Sesuai temanya, Take It Slow. Berdansa perlahan, bunyi yang kekinian, ada nuansa popnya sedikit,” ujar Farrel kepada wartawan di Kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (3/8/2024).

    “Gue mau menjelaskan PDKT, take it slow tuh gimana. Nggak perlu terburu-buru dalam PDKT,” Farrel menambahkan.

     



    Artikel Asli

  • Istri Denny Cagur Rindukan Hal Ini dari Anak yang Lagi Sekolah Asrama

    Istri Denny Cagur Rindukan Hal Ini dari Anak yang Lagi Sekolah Asrama




    Jakarta

    Pasangan Denny Cagur dan istrinya, Shanty, sudah hampir tiga minggu ditinggal anaknya, Fabian Muhammad Yahva, sekolah asrama di Tanjung Lesung, Banten. Mereka tak menampik sangat merindukan putra sulungnya tersebut, terutama Shanty.

    Host Bikin Laper Trans TV itu merasakan perbedaan mencolok karena tak ada Fabian. Ia rindu anaknya memanggil untuk diambilkan makanan.

    “Ke sini makin berasa ya, biasanya ramai, seru, olahraga bareng. Tiap ini mami-mami, sekarang nggak ada yang manggil mami minta makan,” ujarnya di studio Pagi Pagi Ambyar Trans TV, Jakarta Selatan, kemarin.


    Masih banyak hal yang dikangeni Shanty Denny terhadap buah hatinya. Ia jadi tak ada teman cerita dan olahraga.

    “Abi tuh teman ceritaku juga, curhat sama anak sendiri. Abi juga cerita. Dari olahraga bareng, boxing, muaythai tuh tiap pagi. Ke kamarnya aku tidur-tiduran di kamar dia,” tuturnya.

    Shanty mengatakan keputusan sekolah asrama adalah kemauan Fabian. Meski ia sempat memberi masukan terkait pendidikan tersebut.

    “Iya karena ini baru pertama anak boarding, sebenarnya juga aku tuh selain kemauan anaknya kita support banget. Terus atas masukan dari kita,” katanya.

    “Baru-baru pas dia lulus SMP. Abi mau lanjut ke mana, pas ngobrol-ngobrol awalnya masukan dari kita mau nggak sekolah boarding karena biar melatih disiplin, kemandirian Abi juga, terus dia cari tahu sendiri, terus ya Abi yang ambil keputusan,” sambungnya.

    Istri Denny Cagur tak menampik awal melepas anaknya begitu berat. Apalagi saat ini putra pertamanya itu tak boleh dikunjungi sampai waktu yang ditentukan.

    “Pas dia mau, ya aku senang, tapi berat juga. Nggak boleh pegang handphone, nggak boleh ketemu sampai bulan September. Tiap hari kita cuma mantengin grup WhatsApp sama update-an dari Instagram sekolahnya,” pungkasnya.

    (mau/wes)



    Artikel aslinya

  • Alasan Tamara Tyasmara Bela Yudha Arfandi di Awal Kasus Pembunuhan Dante

    Alasan Tamara Tyasmara Bela Yudha Arfandi di Awal Kasus Pembunuhan Dante



    Alasan Tamara Tyasmara Bela Yudha Arfandi di Awal Kasus Pembunuhan Dante



    Artikel aslinya

  • Sultan Djorghi Pernah Kehabisan Uang Sampai Dikejar Debt Collector

    Sultan Djorghi Pernah Kehabisan Uang Sampai Dikejar Debt Collector




    Jakarta

    Artis Sultan Djorghi pernah berada di posisi bawah. Hal itu terjadi setelah suami Annisa Trihapsari tersebut dikaruniai anak, Aquene Aziz Djorghi, pada April 2008.

    Kala itu, Sultan mengatakan kariernya di dunia hiburan menurun karena pemain-pemain baru, seperti Baim Wong maupun Raffi Ahmad. Bintang sinetron Bidadari itu lantas berimbas ke kehidupannya yang jatuh.

    “Dulu gue pernah di atas, pernah pemeran utama belasan tahun alhamdulillah rezeki, tapi pernah juga jatuh di bawah. Pas saya jadi pemeran pembantu nongollah Baim Wong, Raffi Ahmad, posisi utang, usia tanggung,” ujarnya di studio FYP Trans7, Jakarta Selatan, kemarin.


    Annisa Trihapsari yang berada di sampingnya menjelaskan saat itu uang suaminya juga habis karena kebutuhan anak. Ia tak bisa membantu lantaran baru melahirkan.

    “Waktu itu habis melahirkan Aquene, kebetulan Aquene anak alergi, jadi mesti beli susu harganya Rp 750 ribu itu nggak sampai tiga hari. Terus intinya kita nggak ada kerjaan, aku juga nggak bisa syuting karena baru melahirkan, ayah juga nggak di-calling-calling,” tuturnya.

    Saat krisis uang, Sultan Djorghi sempat meminjam. Ia bahkan sampai dikejar debt collector agar bisa membayar utang.

    “Iya benar. Hidup kan ada pasang surut. Akhirnya habis uang yang kita punya. Sampai nelepon sutradara bilang gue jadi figuran nggak apa-apa cuma buat beli susu,” katanya.

    Annisa Trihapsari mengatakan saat itu tak ada yang percaya kondisi ekonomi keluarganya jatuh. Ia pun tetap setia di samping suami dalam kondisi tersebut.

    “Dua tahun kita nggak pekerjaan, nggak ada income sama sekali, tapi orang nggak percaya uang kita habis. Dengan keadaan solid, insyaallah rezeki berkah terus, aku nggak ninggalin ayah, ayah juga nggak ninggalin aku,” pungkasnya.

    (mau/pus)



    Artikel aslinya

  • Seberapa Efektif Cara Denmark yang Merangkul Turis untuk Menangkis Overtourism?

    Seberapa Efektif Cara Denmark yang Merangkul Turis untuk Menangkis Overtourism?




    Jakarta

    Pendekatan Denmark mungkin bisa jadi percontohan bagi negara Eropa lain yang juga kesulitan dengan overtourism. Di Jerman, telah diluncurkan CopenPay, yang mendorong wisatawan untuk ‘bergerak’.

    Dilansir dari BBC, Sabtu (3/8/2024) dengan CopenPay, turis bisa mendapatkan banyak benefit dengan syarat melakukan beberapa kegiatan ramah lingkungan. Seperti relawan di pertanian perkotaan, bersepeda dan lainnya.

    Nah, sebagai hadiah atas tindakan ramah lingkungan, traveler yang berkunjung Kopenhagen, bisa mendapatkan hadiah seperti es krim gratis, segelas anggur, dan tiket masuk museum dengan potongan harga.


    Pendekatan ini sungguh kontras dengan negara-negara lain yang warganya sampai berdemo dan mengusir turis. Contohnya Venesia yang menerapkan tiket masuk harian dan larangan tur jumlah besar dan menggunakan pengeras suara. Juga di Barcelona dan Majorca, penduduk berunjuk rasa di jalan.

    Peluncuran CopenPay pun menjadi hal positif dan dinilai pandai memanfaatkan situasi.

    “Ia mencoba memberikan sedikit jawaban tentang bagaimana pariwisata dapat memberi keuntungan dan bagaimana pariwisata dapat membantu,” kata Carina Ren, profesor dan peneliti pariwisata di Universitas Aalborg.

    Dengan populasi sekitar 600.000 jiwa, ibu kota Denmark yang kompak dan ramah sepeda ini sering kali masuk dalam jajaran kota terhijau di dunia. Namun, sejak pandemi, jumlah wisatawan yang datang ke negara ini mencapai rekor. Tahun lalu, Kopenhagen mencatat lebih dari 12 juta wisatawan internasional menginap, dengan Juli dan Agustus sebagai musim puncak.

    Pengenalan CopenPay pun terlihat spanduk besar yang membentang di bandara dan bus, hingga traveler didorong untuk berperan dengan membuat pilihan yang lebih berkelanjutan seperti moda transportasi yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi sampah, sembari menikmati pengalaman budaya kota.

    “Kami ingin pariwisata menjadi kekuatan untuk perubahan positif dan bukan beban lingkungan,” kata Rikke Holm Petersen, direktur pemasaran di badan pariwisata Wonderful Copenhagen yang berada di balik inisiatif tersebut.

    “Saat bepergian, terkadang Anda lupa akan kebiasaan baik yang Anda miliki di rumah. Kami ingin menginspirasi pola pikir dan perilaku yang lebih sadar dan berkelanjutan di antara para pelancong,” jelas Rikke.

    Respon turis di Kopenhagen

    Tim BBC pun mencoba beberapa aktivitas di Kopenhagen dan tenryata banyak juga wisatawan yang antusias dengan CopenPay. Salah satunya adalah Jasmine Blakeway dan teman-temannya dari Birmingham di Inggris yang juga peduli dengan lingkungan.

    “Kami pikir ini adalah cara yang bagus untuk memulai pagi kami. Penting bagi kami bahwa ke mana pun kami pergi, kami hanya meninggalkan jejak positif,” katanya.

    Dia juga menambahkan bahwa merangkul budaya lokal dan mencoba bertindak secara berkelanjutan adalah sesuatu yang mereka pedulikan.

    Pengalaman berbeda juga dirasakan turis saat naik GoBoat listrik. Ada 500 orang yang telah memesan slot melalui CopenPay untuk perjalanan perahu gratis selama satu jam dengan imbalan memungut sampah sambil menjelajahi perairan Kopenhagen.

    “Tempat ini sangat, sangat bersih. Kami tidak menemukan banyak (sampah). Berlibur bersama keluarganya dari York, mereka memesan perahu sewaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda,” kata turis Mark Brown di dermaga.

    Jelas terlihat bahwa banyak respon positif terhadap CopenPay, dengan banyak kegiatan skema yang sudah dipesan. Namun, memungut sampah dan menjadi sukarelawan tidak menarik bagi semua orang, terutama saat berlibur.

    Di antara deretan kangkung dan rhubarb, lebih dari 30 relawan yang memiliki hobi berkebun menyiangi dan memanen. Mereka dari berbagai negara dan usia, mulai dari pensiunan hingga keluarga dengan anak kecil, termasuk beberapa orang yang mendaftar melalui CopenPay.

    “Kami senang bahwa orang-orang yang belum pernah mendengar tentang ini berkesempatan untuk bergabung. Saya pikir sangat menyenangkan ketika Anda bepergian untuk berkontribusi dan mempelajari lebih dalam budaya ini,” kata Haaland.

    Di Nyhavn yang ikonik, jalan indah di Kopenhagen yang dipenuhi dengan bangunan berwarna-warni dan perahu layar antik, beberapa wisatawan mengaku menyukai gagasan melakukan kegiatan ramah lingkungan, meskipun tidak ada yang ikut serta dalam skema CopenPay.

    “Kami di sini tiga hari lagi. Selama perjalanan seperti ini, saya mungkin tidak akan melakukannya,” kata seorang turis.

    “Namun, jika saya di sini mungkin, katakanlah, dua minggu, saya pasti akan melakukannya. Ini mungkin cara yang baik bagi kaum muda yang memiliki anggaran terbatas untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman,” tambah yang lain.

    Seorang peneliti senior di bidang pariwisata di Universitas Kopenhagen, Berit Charlotte Kaae, mengatakan CopenPay merupakan langkah kecil yang benar.

    “Saya pikir ini adalah ‘cara yang menguntungkan’ yang menarik untuk mencoba mengubah perilaku orang,” katanya.

    “Meskipun mencatat bahwa dampak langsung terhadap lingkungan dari skema tersebut mungkin terbatas. Secara keseluruhan, saya tidak berpikir skema ini akan benar-benar berdampak besar pada masalah lingkungan. Dampak besarnya berasal dari cara Anda mencapai tujuan,” kata Kaae.

    Dia pun menunjuk pada transportasi yang mencemari seperti perjalanan udara dan kapal pesiar yang harus ditangani.

    (sym/sym)



    Artikel aslinya