Penulis: admin

  • Espresso Jadi Song of the Year, Sabrina Carpenter Debut Menang VMA : Okezone Video

    Espresso Jadi Song of the Year, Sabrina Carpenter Debut Menang VMA : Okezone Video


    Sabrina Carpenter berhasil mendapatkan piala MTV Video Music Awards (VMA) 2024 pertamanya berkat lagu hit Espresso. Tak tanggung-tanggung, ia mendapatkan piala itu untuk kategori Song of the Year. Berkat Espresso, Sabrina mengalahkan sederet nomine terkenal lainnya, seperti Beyonce, Kendrick Lamar, Taylor Swift dan Post Malone, Jack Harlow, serta Teddy Swims.

     

    Host: Nata Arman 

     

    (fru)



    Follow Berita Selebriticlub di Google News

    Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Selebriticlub hanya dengan satu akun di
    ORION, daftar sekarang dengan
    klik disini
    dan nantikan kejutan menarik lainnya

    Follow WhatsApp Channel Selebriticlub untuk update berita terbaru setiap hari

    Follow



    Artikel Aslinya

  • Respons Ariel NOAH Saat Alleia Mulai Bikin Baju dari Tugas Kuliah

    Respons Ariel NOAH Saat Alleia Mulai Bikin Baju dari Tugas Kuliah




    Jakarta

    Anak Ariel NOAH, Alleia Anata Irham, belakangan ramai disorot karena unggahan baju di media sosialnya. Baju itu merupakan hasil buatannya dari tugas kuliah.

    Alleia diketahui saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi dengan jurusan manajemen fashion. Saat ada tugas draping project, ia akhirnya membuat bajunya sendiri dengan warna abu-abu yang tampak modis karena bagian bahunya berbeda.

    Ariel ditanya mengenai desain baju putrinya. Pelantun Sahabat itu mengaku sangat mengapresiasi karya buah hatinya.


    “Ya gue senang lihatnya,” ujarnya saat ditemui di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Senin (16/9/2024).

    Ariel NOAH lalu mengutarakan harapan untuk Alleia. Ia mendoakan terus cita-cita anaknya dalam bidang fashion.


    “Mudah-mudahan entar gue bisa pakai baju buatan dia,” tuturnya.

    Dalam kesempatan itu, Ariel bicara soal pertambahan usia. Ia baru saja berulang tahun ke-43.

    “Buat gue yang penting gini kalau tua tuh kan umur memang, cuman selama masih ada mimpi dan dicari semangatnya masih oke, gue bilang sih oke,” katanya.

    Bapak satu anak itu mengaku tetap punya impian di usia 43 tahun. Salah satunya bisa berkolaborasi dengan musisi luar negeri.

    “Kalau sama NOAH masih ada album belum selesai, collab sama musisi luar. Hal yang belum kecapai kebanyakan urusan mimpi,” pungkasnya.

    (mau/wes)



    Artikel aslinya

  • Nikita Mirzani Dihujani 22 Pertanyaan Terkait Laporannya terhadap Vadel Badjideh

    Nikita Mirzani Dihujani 22 Pertanyaan Terkait Laporannya terhadap Vadel Badjideh



    Nikita Mirzani Dihujani 22 Pertanyaan Terkait Laporannya terhadap Vadel Badjideh



    Artikel aslinya

  • Jessica Felicia Diperiksa soal Dugaan Pencemaran Nama Baik Azizah Salsha

    Jessica Felicia Diperiksa soal Dugaan Pencemaran Nama Baik Azizah Salsha



    Jessica Felicia Diperiksa soal Dugaan Pencemaran Nama Baik Azizah Salsha



    Artikel aslinya

  • El Rumi Gantikan Andre Jadi Komandan Lapor Pak!

    El Rumi Gantikan Andre Jadi Komandan Lapor Pak!




    Jakarta

    Gen Z mulai merambah segala bidang usaha. Tapi bagaimana kalau El Rumi dari Gen Z mencoba buat gantikan Andre Taulany jadi Komandan di kantor Lapor Pak!?

    Dalam episode spesial Lapor Pak! malam ini, El Rumi tiba-tiba saja dipercaya buat jadi Komentan. Di sketsa yang diposting akun Instagram @laporpak_trans7, pertanyaan mengenai Gen Z jadi pemimpin jadi mencuat.

    “Coba kamu buktiin kalau kamu anak muda, bisa jadi pemimpin,” kata Komandan Andre kepada El Rumi, seperti dilihat redaksi detikcom.


    “Gen Z ini ya Komandan,” tanya Ayu Ting Ting.

    El Rumi pun berbahasa dengan caranya lalu disambut Komandan Andre dengan bentuk penghormatan.


    “Kok hormat,” tanya Wendi Cagur.

    Dalam sketsa di segmen lainnya, Kiky Saputri tampak berbicara mengungkapkan omongan netizen di media sosial.

    “Jangan mau sama komandan Gen Z. Di manipulatif,” ucap Kiky Saputri menirukan ucapan netizen.

    “Eh, gue kasih tahu ya, dia manipulatif tapi nggak money politik,” balas Kiky disambut gelak tawa.

    “Bisa aje yang money laundry,” timpal bintang tamu lainnya.

    [Gambas:Instagram]

    Lantas seperti apa kelanjutan ceritanya? Jadi jangan lupa malam ini ya jam 21.30 WIB.

    Lapor Pak! bisa disaksikan di Trans 7. Bisa juga lewat streaming artikel ini ya.

    Sekadar diketahui Lapor Pak! diisi oleh Andre Taulany, Surya Insomnia, Andhika Pratama, Wendi Cagur, Kiky Saputri, Ayu Ting Ting, dan Hesti Purwadinata.

    (tia/wes)





    Artikel aslinya

  • Nikita Mirzani Bakal Laporkan Vadel Badjideh Terkait Dugaan Video Syur

    Nikita Mirzani Bakal Laporkan Vadel Badjideh Terkait Dugaan Video Syur



    Nikita Mirzani Bakal Laporkan Vadel Badjideh Terkait Dugaan Video Syur



    Artikel aslinya

  • Nikita Mirzani Menggebu Polisikan Vadel Badjideh

    Nikita Mirzani Menggebu Polisikan Vadel Badjideh




    Jakarta

    Artis Nikita Mirzani sampai saat ini ternyata masih sangat peduli dengan anak perempuannya, meski sudah tidak lagi hidup bersama. Tidak mau putrinya diperlakukan tidak baik oleh teman prianya, bintang film Comic 8 itu begitu menggebu melaporkan Vadel Badjideh ke polisi.

    “Jadi gini, kenapa sih sampai gue melaporkan orang tersebut? Ini tuh untuk pelajaran buat semua orang tua yang ada di luar, ketika kalian punya anak, anak kalian masih di bawah umur, diperlakukan tidak baik, tidak benar, tidak selayaknya, kalian wajib lapor,” kata Nikita Mirzani saat ditemui di Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa (17/9/2024).

    Meski begitu, ia tetap menyerahkannya semua kepada pihak kepolisian mengenai kasusnya ini.


    “Pertama kan karena itu anak masih di bawah umur, kedua itu anak sudah melakukan hal-hal yang harusnya tidak dilakukan untuk seumuran dia gitu, tapi, ya sudah ini kan sudah menjadi seperti ini. Jadi tinggal gimana nanti bapak Kepolisian Jakarta Selatan menanggapi kasusnya,” ujar Nikita Mirzani.


    Atas laporan ini, Vadel Badjideh terancam mendapatkan hukuman pidana maksimal 15 tahun penjara.

    “Saya katakan bahwa ini bukan persoalan percintaan, ini persoalan kejahatan yang dilakukan seseorang terhadap anak di bawah umur dengan ancaman 5 tahun dan maksimal 15 tahun,” ujar kuasa hukum Nikita Mirzani, Fahmi Bachmid.

    Nikita Mirzani melaporkan VA soal Pasal Undang-undang (UU) Kesehatan, UU Perlindungan Anak, dan KUHP. Adapun pasal yang dijeratkan, yakni 76D dalam UU Perlindungan Anak. Pasal 76D UU 35/2024, yakni setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

    Nikita Mirzani bukan melupakan begitu saja anak perempuannya. Ia tetap memantau anak pertamanya itu dari kejauhan. Bahkan sampai tidak ada yang tahu kalau dirinya masih membayarkan utang anak perempuannya yang nyaris Rp 400 juta.

    “Itu anak ngebayarin hidup laki-laki, tapi yang ditagih utangnya tuh ke sini (ke Nikita), utangnya hampir Rp 400 juta. Jadi banyak sekarang di TikTok yang bilang sama anak kewajiban lo itu, ‘eh yang makan itu uangnya bukan anak gue’, ya terus karena banyak utangnya gue bayarin diam-diam,” ungkap Nikita Mirzani, Kamis (29/8/2024).

    Menurut Nikita Mirzani, sikap diamnya selama ini bukan berarti tidak peduli dengan anaknya. Ia selalu memberikan doa terbaik untuk ketiga anaknya.

    “Lo tahu nggak ibu lo di belakang selalu meng-cover apa pun tentang lo gitu, tapi apakah harus dikasih tahu? Kan nggak, terus banyak yang bilang kalau itu tanggung jawab sebagai seorang ibu, sekarang saya balikin tanggung jawab sebagai anak apa selain belajar? Jangan dikit-dikit ibunya, ibunya, ibunya ini sendiri loh cari uang,” tutur Nikita Mirzani sambil menangis.

    “Saya tahu dia dapat pendapatan dari mana saja, masuk Rp 60 juta buat bayarin kuliah (mantan kekasih Lolly), Rp 40 juta, Rp 20 juta bahkan Rp 2 juta untuk uang jajan juga ada,” lanjutnya lagi.

    (wes/mau)



    Artikel aslinya

  • RI Izinkan Ekspor Pasir Laut, Menguntungkan atau Justru Bikin Boncos?

    RI Izinkan Ekspor Pasir Laut, Menguntungkan atau Justru Bikin Boncos?




    Jakarta

    Keputusan Indonesia kembali membuka keran ekspor pasir laut yang sudah 20 tahun dilarang disorot. Dampak lingkungan dipertanyakan.

    Keputusan untuk membuka kembali ekspor pasir laut ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melalui revisi dua Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag). Revisi itu mencakup Permendag Nomor 20 Tahun 2024 dan Permendag Nomor 21 Tahun 2024 yang mengubah aturan tentang barang yang dilarang diekspor serta kebijakan ekspor.

    Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Isy Karim menyatakan diizinkannya kembali ekspor pasir laut itu untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut serta tindak lanjut dari usulan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).


    Jenis pasir laut yang boleh diekspor diatur dalam Permendag Nomor 21 Tahun 2024 yang merujuk pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47 Tahun 2024 tentang Spesifikasi Pasir Hasil Sedimentasi di Laut untuk Ekspor.

    Padahal, ekspor pasir dilarang sejak 2002. Saat itu, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri melarang ekspor pasir laut melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2002 tentang Pengendalian dan Pengawasan Pengusahaan Pasir Laut.

    Megawati melarang ekspor pasir laut demi mencegah kerusakan lingkungan yang lebih luas, yakni tenggelamnya pulau kecil.

    Pada Selasa (17/9), Presiden Joko Widodo menyebut ekspor pasir laut tersebut untuk hasil sedimentasi di laut, bukan pasir laut.

    “Sekali lagi, itu bukan pasir laut ya. Yang dibuka itu sedimen, sedimen yang mengganggu alur jalannya kapal. Sekali lagi bukan, kalau diterjemahkan pasir, beda lho ya,” kata Jokowi di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, kemarin.

    Ketua Umum Perkumpulan Program Studi Ilmu Lingkungan Seluruh Indonesia Dr. Suyud Warno Utomo, M.Si. yang juga dosen Sekolah ilmu Lingkungan UI sekaligus manajer penelitian dan kerja sama pusat penelitian SDM dan Lingkungan UI, mempertanyakan apakah peraturan itu dibuat melalui kajian yang komprehensif atau menyeluruh untuk ekspor pasir laut atau pun sedimentasi.

    “Yang pertama, mestinya sebelum diimplementasikan, dikaji lebih dulu dampak lingkungan secara detail, kajian amdal, dan menimbang kerusakan lingkungan. Jangan salah, pasir di pantai itu jangan dilihat pasirnya, tetapi di sanalah habitat banyak biota laut dan terumbu karang. Ekosistem bisa terganggu,” ujar Suyud.

    “Kalau memang itu sedimentasi, yang merupakan hasil endapan hasil aktivitas dari pertanian, perkebunan, pembangunan gedung dan rumah, dan apapun itu memang perlu dikeruk. Tetapi, sedimentasi juga diperlukan untuk media tumbuh mangrove. Makanya, baik itu pengerukan pasir laut atau sedimentasi sama-sama dibutuhkan kajian amdal dan tematik,” kata Suyud.

    Suyud khawatir jika kajian mendalam tidak dilakukan potensi kerusakan alam yang diderita justru lebih besar ketimbang keuntungan ekonomi yang didapatkan. Dia mengaitkan dengan biaya pengawasan yang harus dilakukan pemerintah selama pengerukan pasir dilakukan.

    “Di satu sisi saya paham pemerintah butuh meningkatkan ekonomi, namun keputusan itu betul-betul bisa mendatangkan keuntungan atau justru sebaliknya, bikin boncos di belakang? Untuk operasional pengerukan sampai ekspor memang ditangani oleh perusahaan yang mendapatkan proyek itu, namun pengawasannya bagaimana?

    “Aktivitas itu dilakukan di laut, siapa yang akan memonitor. Kegiatan di laut itu membutuhkan biaya yang sangat besar, butuh peralatan (kapal, dll), juga diperlukan SDM yang mumpuni, SDM yang memahami laut. Sanggup tidak untuk membiayainya?” ujar Suyud.

    “Kalau enggak dipantau secara memadai, secara tepat, saya khawatir condong ada pelanggaran, tidak ada pengelolaan lingkungan dengan baik, akan asal-asalan, dan cenderung akan berupa pengawasan formalitas. Belum lagi pengelolaan lingkungan setelah pengerukan, sanggup tidak?” Bukankah justru uang yang keluar bakal lebih banyak?” ujar Suyud.

    Selain itu, Suyud juga mempertanyakan siapa saja yang bakal mendapatkan keuntungan. Dia pesimistis warga lokal bisa menikmati keuntungan dari ekspor pair laut itu. Berkaca yang sudah-sudah, nelayan justru kesulitan menangkap ikan.

    “Siapa yang akan menikmati manfaat dari ekspor itu? Betulkah negara yang akan untung atau hanya kelompok tertentu? Masyarakat lokal jangan hanya dijadikan penonton dampak pembangunan, merekalah yang harus menjadi prioritas hasil pembangunan,” kata Suyud.

    “Yang sudah-sudah, keuntungan ekonomi memang ada, namun kerugiannya berlangsung lama, kemiskinan nelayan dan masalah lingkungan berkepanjangan. Pembangunan yang dilakukan selama ini sudah banyak bikin lingkungan rusak, sudah nyata, apa masih kurang merusaknya,” ujar Suyud.

    “Saat pengerukan sudah selesai, kerugian lingkungan, kemerosotan pendapatan nelayan karena tidak bisa menangkap ikan, lingkungan rusak pasti jauh lebih panjang. Sudah begitu dampak sosial juga akan berlangsung lebih panjang. Jangka pendek bisa jadi nelayan dapat kompensasi, namun apa akan mampu terus-menerus dilakukan dan itu tidak mendidik,” Suyud menegaskan.

    Wisata Bisa Jadi Solusi Dapatkan Cuan Sekaligus Jaga Lingkungan

    Suyud menawarkan satu solusi agar pemerintah bisa mendapatkan uang tunai kendati tidak lebih cepat ketimbang ekspor pasir laut. Yakni, melalui pariwisata berkelanjutan.

    “Secara ekonomi, pertimbangan jangka pendek, wisata memang tidak lebih menguntungkan dibandingkan pasir dikeruk, tetapi memikirkannya bukan sesaat, bukan sesempit itu. Tetapi, bagaimana laut itu menjadi berdampak ekonomi jangka panjang dan masyarakat dilibatkan,” kata Suyud.

    “Pengembangan pariwisata bisa menjadi jalan untuk mengedukasi masyarakat soal lingkungan, edukasi terumbu karang. manfaat biota laut. Laut dan pasirnya jangan cuma dilihat oh ini laut, oh ini pasir, bukan seperti itu. Tetapi, di sana ada potensi obat-obatan, kecantikan, pangan, juga wisata, dll,” Suyud membeberkan.

    “Laut kita memiliki potensi non pasir yang banyak. Banyak sekali. Kita punya banyak peneliti, akademisi, referensi juga mudah dicari,” dia menegaskan.

    Kawasan yang Dikeruk

    Dikutip dari BBC Indonesia, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan, Doni Ismanto, mengatakan ekspor pasir laut hanya dilakukan dengan syarat kebutuhan material di dalam negeri sudah tercukupi dan tidak menurunkan daya dukung serta daya tampung ekosistem pesisir.

    Dia bersikukuh agar “pembersihan sedimentasi laut” jangan diframing sebagai kawasan pengambilan pasir. Apalagi, diasosiasikan dengan aktivitas ekspor pasir laut.

    “Tujuan dari pembersihan sedimentasi di laut ada dua, yaitu peningkatan daya dukung dan daya tampung ekosistem pesisir,” kata Doni.

    Untuk pengerukan pasir laut itu, KKP telah menetapkan tujuh lokasi di antaranya Kabupaten Demak, Kota Surabaya, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu. Kemudian, Kabupaten Karawang, perairan sekitar Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan, serta perairan di sekitar Pulau Karimun, Pulau Lingga, dan Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

    (fem/fem)



    Artikel aslinya

  • Keluarga Berserah Diri dengan Kondisi Mat Solar Usai Kena Stroke

    Keluarga Berserah Diri dengan Kondisi Mat Solar Usai Kena Stroke




    Jakarta

    Keluarga hingga saat ini masih terus berharap keadaan Mat Solar terus membaik seusai terserang stroke pada 2017.

    “Tapi kalau begini ya kita berserah diri kepada Allah. Kalau memang kayak begini terus juga nggak apa-apa, dijalanin saja. Memang takdir Tuhan, kalau masih diberi kesehatan alhamdulillah, kalau nggak ya sudah bersyukur saja apa yang dikasih sama Allah,” ungkap anak Mat Solar, Popon, saat ditemui di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, Minggu (15/9/2024).


    Untuk kondisinya sampai saat ini pemain sinetron Tukang Bubur Naik Haji itu tidak menunjukkan kondisi yang signifikan.

    “Menurut saya sih sama saja progresnya kayak masih saja kayak gitu. Cuma juga sudah umur, ya susah untuk berbicara. Aku tiap hari kayak menghibur ayah kayak ‘ayah ayo dong ngomong A, I, U, E, O’, ya ayah kayak cuma ‘A U’. Cuma susah saja ngehiburnya kayak pegangin tangan ini ‘ayo-ayo’ gitu doang,” tutur Popon.


    Selain itu, penglihatan Mat Solar saat ini juga belum normal. Kata Popon, ayahnya masih kesulitan melihat dengan baik. Meski begitu, pendengaran Mat Solar masih normal dan berfungsi dengan baik.

    “Penglihatan agak buramlah, iya. Ya kayak agak terganggu gitu cuma kalau masalah pendengaran sih baik. Kalau untuk bicara ya masih gitu,” jelasnya lagi.

    Untuk makanan sendiri, Mat Solar ternyata harus mengonsumsi makanan yang diblender.

    “Ayah tuh makannya diblender, biar ayah gampang mengunyahnya langsung diblender. Biar bisa nelen langsung,” jelas Popon.

    (wes/mau)



    Artikel aslinya