TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Kesehatan mengingatkan pentingnya rutin berolahraga di tengah kesibukan bekerja untuk mencegah serangan jantung.
“Kalau orang kerja keras yang terjadi adalah kecapaian. Habis itu mereka tidak olahraga, bahkan bisa sampai setahun enggak pernah olahraga. Itu yang membuat bahaya kesehatan, tidak ada aktivitas fisik. Jadi pekerja keras harus tetap tahu cara untuk sehat, work life balance-nya harus diusahakan,” jelas spesialis jantung dan pembuluh darah Mega Febrianora melalui Siaran Radio Kesehatan, Jumat, 12 Juli 2024.
Ia menambahkan orang yang memilih tidak berolahraga rutin karena merasa sudah merasa letih karena pekerjaan justru rentan terkena berbagai penyakit selain serangan jantung, seperti diabetes dan obesitas. Mega menerangkan olahraga yang benar bukan sekadar aktivitas fisik yang memberi perasaan letih atau berkeringat namun harus menyebabkan kenaikan denyut jantung.
Pahami batasan diri
Karena itu, segala aktivitas fisik selama bekerja sudah pasti tidak dapat dikategorikan sebagai olahraga. Ia menyebut pula total durasi olahraga sebaiknya paling sedikit 150 menit selama satu minggu dengan rata-rata durasi berkisar 20 menit setiap hari yang diikuti kenaikan denyut jantung.
“Jadi meskipun sudah lelah bekerja tetap harus berolahraga untuk menjaga dari sisi kardiovaskular, otot, otak, dan olahraga juga mengurangi reaksi stres oksidatif,” paparnya.
Iklan
Meski demikian, Mega juga mengingatkan setiap orang memahami batas masing-masing dalam berolahraga demi meminimalisasi cedera maupun henti jantung akibat kelelahan saat berolahraga.
“Pasien jantung sekalipun ada proporsi olahraganya, tidak boleh terlalu berat karena akan membahayakan jantung tetapi jangan juga terlalu ringan, nanti enggak tercapai definisi olahraganya. Jadi mesti disesuaikan dengan kemampuan fisik individu dan kinerja jantung,” pesannya.
Pilihan Editor: Saran Perdokhi buat Jemaah Haji yang Baru Kembali agar Tak Kelelahan