TEMPO.CO, Jakarta – Spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik infeksi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, Soroy Lardo, menyebut perlunya memahami fase perjalanan klinis demam berdarah dengue (DBD) agar infeksi virus tidak menyebabkan perubahan imunitas dan menyelamatkan nyawa pasien.
“Demam berdarah ini paling penting memahami fase perjalanan klinisnya, ada tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase recovery. Jadi masyarakat memahami kapan dia bisa kelola di rumah dan kapan harus dibawa berobat,” kata Soroy, Selasa, 16 Juli 2024.
Memahami tiga fase klinis demam berdarah penting agar orang tua tidak terlambat membawa anak ke rumah sakit dan menurunkan angka kematian yang sering diakibatkan kurangnya pemahaman tentang demam berdarah dengue. Pada fase pertama pasien mengalami demam 1-3 hari dan kadar virus dalam darah cukup tinggi.
Virus akan mengeluarkan zat ositokin yang mengaktivasi proses yang menyebabkan demam. Pada fase ini metabolisme tubuh meningkat, menyebabkan kebutuhan cairan sangat tinggi sehingga hidrasi sangat diperlukan dan pemberian obat penurun demam.
Sementara pada fase hari keempat dan kelima memasuki fase kritis, yang artinya ada proses infeksi virus di pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah bocor dan bisa menimbulkan syok yang dapat menyebabkan kematian. Potensi pendarahan bisa berakibat pada gangguan organ seperti ke paru-paru, rongga perut, dan lainnya. Infeksi virus ini juga dapat menyebabkan gejala bola mata, nyeri tulang belakang, nyeri sendi, hingga gangguan pencernaan.
“Masa kritis ini yang berbahaya sebenarnya karena pada saat itu akan terjadi kebocoran pembuluh darah dan kalau dilewati fase kritis akan terjadi fase recovery. Jadi, virus di dalam tubuh akan menurun drastis, sistem respons imun akan membaik, ini akan recovery,” paparnya.
Iklan
Kapan harus dibawa ke RS?
Soroy menyarankan ketika anak demam di hari pertama untuk membawa ke rumah sakit dan dirawat serta dilakukan tes NS1 di laboratorium untuk melihat potensi adanya virus dengue dalam darah. Penurunan trombosit juga pasti terjadi sehingga perlu perawatan lebih awal. Jika perawatan dilakukan pada fase kritis maka akan membuat kondisi pasien lebih cepat menurun dan dokter akan berusaha ekstrakeras untuk menyeimbangkan kondisi agar tidak jatuh pada kondisi syok.
“Istirahat jadi kunci utamanya. Kalau memungkinkan di puskesmas terdekat punya laboratorium pemeriksaan darah lengkap sederhana, itu bisa dicek trombositnya berapa. Kalau masih tinggi mungkin bisa dengan pemantauan ketat dari puskesmas dengan kecukupan cairan yang memadai sesuai berat badan,” kata dosen di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Soroy mengatakan peran nutrisi sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan DBD. Selain cairan dan elektrolit, pasien dapat mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C dan madu. Untuk mencegah meningkatnya infeksi demam berdarah dengue adalah dengan mendapatkan vaksin DBD yang diberikan 3-6 bulan setelah terinfeksi, yang dapat diberikan pada usia 6-45 tahun dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Pilihan Editor: Interval Puncak Kasus DBD Semakin Pendek, Ini Imbauan Kemenkes